Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran Tanah Air Digital Exchange (Tadex) diharapkan mampu menekan angka penyebaran hoaks di dalam negeri.
Direktur Utama Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) Ririek Adriansyah mengatakan kehadiran Tadex dapat mengurangi peredaran hoaks atau berita bohong. Salah satu penyebab hoaks muncul karena media tidak kredibel mengejar jumlah pembaca dari berita yang dikeluarkan.
Dalam proses mengejar jumlah pembaca, media menghalalkan berbagai cara termasuk dengan menyebar berita bohong. Dengan mendapat banyak pembaca, perusahaan global akan memasang iklan di media tersebut tanpa melihat asal-usul tingginya jumlah pembaca.
"Perusahaan digital luar negeri mendasarkan pada jumlah klik, inilah yang secara tidak langsung menyebabkan tumbuhnya media abal-abal yang hanya mengejar jumlah klik dan menyebarkan berita dengan judul yang bombastis," kata Ririek dalam konferensi virtual, Selasa (29/6/2021).
Ririek mengatakan dengan Tadex diharapkan angka hoaks dapat ditekan. Tadex memiliki sistem rating dan daftar media atau inventory yang terpercaya, yang nantinya akan dihubungkan dengan para pemasang iklan, termasuk perusahaan digital luar negeri.
Sementara itu Direktur Digital Business Telkom Indonesia Fajrin Rasyid mengatakan dengan Tadex, pemasang iklan dapat menyalurkan iklan kepada konsumen yang tepat. Tadex merupakan kumpulan dari penerbit iklan atau publisher terpercaya di Indonesia.
Para penerbit memiliki segmentasi pasar yang berbeda-beda, sehingga pemasang iklan dapat menaruh iklan sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Tadex dapat mengumpulkan profil target konsumen dari online, offline, dan mobile, untuk kemudian diolah menjadi data tersegmentasi,” kata Fajrin.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan Tadex akan memberikan angin segar kepada industri periklanan, dengan menawarkan modal bisnis periklanan digital yang berkelanjutan. Jokowi juga meyakini Tadex dapat membuka banyak peluang baru dan bermanfaat bagi pemasang iklan, penerbit, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Jokowi menuturkan kontribusi dari ekonomi digital yang masih sangat minim untuk PDB yaitu sebesar 4 persen.
"Ini artinya kita harus berlari lebih cepat lagi sehingga pada 2025 kita bisa menguasai sekitar 40 persen dari total potensi ekonomi digital Asean,” kata Jokowi.