Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi finansial Xendit mencatat transaksi dompet digital meningkat secara konsisten di tengah pandemi Covid-19.
Co-Founder & COO Xendit Tessa Wijaya mengatakan penggunaan dompet digital untuk pembayaran meningkat hingga 41 persen, di mana pada 2020 penetrasi penggunaan dompet digital berada pada angka 50 persen dibandingkan 2019 yang mencapai 9 persen.
“Konsumen Indonesia mengandalkan penggunaan dompet digital sebagai metode pembayaran dominan untuk transaksi bernilai kecil atau di bawah Rp100.000,” katanya lewat diskusi virtual, Selasa (8/6/2021).
Namun, konsumen Indonesia masih mengandalkan virtual account dengan rata-rata nilai transaksi senilai Rp1,8 juta dan layanan kredit tanpa kartu di angka Rp700.000 untuk transaksi bernilai besar.
Menurut data internal perusahaan, 50 persen konsumen mengandalkan pembayaran via outlet ritel seperti Alfamart dan Indomaret untuk pembayaran transaksi di atas Rp500.000
Tessa mengatakan pada 2020 jumlah transaksi yang telah diproses melalui platform mereka mencapai 65 juta dengan persentase tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) yang meningkat hingga 700 persen sejak diluncurkan pada 2015.
“Sementara itu, jumlah peningkatan UMKM yang bergabung dengan Xendit pada tahun lalu meningkat hingga 150 persen di mana Covid-19 mengakselerasi UMKM untuk makin go-digital dikarenakan banyaknya kebijakan pembatasan yang dilakukan [oleh Pemerintah],” katanya.
Selain itu, untuk meningkatkan pengguna UMKM pada tahun ini, dia menyebutkan perusahaan meluncurkan inisiatif Xendit Level Up Program untuk mendukung 1.000 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan pelaku bisnis yang terdampak pandemi Covid-19.
“Melalui program ini, Xendit berkomitmen untuk mengalokasikan hingga Rp1 triliun dengan memberikan pembebasan biaya senilai Rp1 miliar kepada masing-masing UMKM terpilih. Dengan ini, mereka bisa menggunakan layanan payment gateway Xendit tanpa mengeluarkan biaya,” ujarnya.