Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika menyampaikan implementasi 5G dengan 4G secara bersamaan sudah biasa terjadi. Untuk menghadirkan 5G, tidak perlu menunggu hingga teknologi 4G hadir di seluruh Indonesia.
Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenkominfo Adis Alifiawan mengatakan pengembangan 5G dilakukan secara bersamaan dengan 4G agar Indonesia tidak terlalu tertinggal dalam hal adopsi teknologi.
Adopsi jaringan secara bersama-sama – antara 4G dengan 5G – telah dilakukan di negara-negara lain. “Negara lain juga melakukan pergelaran 5G secara bersamaan antara 4G dengan 5G,” kata Adis dalam webinar 'Rekam Jejak Perkembagan 5G', Sabtu (29/5/2021).
Baca Juga Pengembangan 5G Jadi Tantangan bagi Dirut Baru Telkomsel Artikel ini telah tayang di Bisnis.com den |
---|
Adis juga mengatakan dalam menggelar teknologi 5G, biasanya akan terdapat satu paket yang terdiri dari tiga lapisan pita frekuensi. Masing-masing lapisan pita frekuensi memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Pita lapisan rendah di bawah 1 GHz berguna untuk cakupan layanan. Kemudian ada di pita tengah antara 1GHz – 6 GHz, untuk cakupan dan kapasitas layanan. Terakhir, di pita atas atau 6 GHz ke atas, untuk menghadirkan kapasitas yang besar dan kecepatan.
Komersial 5G Telkomsel, kata Adis, menggunakan pita frekuens 2,3 GHz yang diagregasikan trafiknya dengan pita 1,8GHz dan pita 2,1 GHz. Itu semua bermain di lapisan frekuensi tengah.
Ketika telah matang ekosistem 5G, Adis memperkirakan akan ada permintaan untuk spektrum frekuensi 5G di pita lapisan atas, yang untuk layanan akses latensi rendah seperti untuk menggerakan kapal nirawak dan lain sebagainya.
“Ada 26 GHz – 28 GHz kemungkinan akan menjadi solusi untuk jaringan internet tetap nirkabel. Ini kapasitasnya besar. Seolah-olah seperti kita memiliki serat optik tetapi tidak kelihatan,” kata Adis.