Jadi Dirut Baru Telkomsel, Ini PR Hendri Mulya Syam

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 29 Mei 2021 | 15:10 WIB
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam. ANTARA/HO-Telkomsel
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam. ANTARA/HO-Telkomsel
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan pendapatan dari layanan suara dan pesan singkat atau legacy menjadi tantangan yang harus diantisipasi dengan segera oleh Hendri Mulya Syam, selaku Direktur Utama Telkomsel yang baru.

Di sisi lain, agar pendapatan perusahaan makin moncer, Telkomsel juga harus mampu memaksa penyedia Over The Top (OTT) bekerjasama dengan mereka dalam berbisnis di Tanah Air.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan dari sisi rekam jejak, Hendri memiliki catatan yang bagus. Memulai karir dari bawah, Hendri dinilai berpengalaman di pergelaran jaringan dan kegiatan penjualan produk.

Pengalaman ini cocok untuk menghadapi tantangan yang terjadi di Telkomsel saat ini yaitu penurunan pendapatan dari layanan panggilan suara dan SMS.

“Hendri juga menempati posisi strategis saat di direksi Telkomsel yaitu jaringan dan penjualan. Artinya dia paham teknologi dan cara menjual hasil teknologi itu. Perkawinan yang tepat,” kata Tesar, Sabtu (29/5/2021).  

Hanya saja, kata Tesar, Hendri harus bersungguh-sungguh dalam mengimplementasikan pengalamannya agar dapat mengangkat kinerja Telkomsel.  Anak usaha milk PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) itu secara pendapatan berada dalam kondisi yang kurang baik pada tahun lalu.

Sekadar informasi, pada 2020 pendapatan dari layanan data Telkomsel tumbuh melambat secara tahunan. Tak hanya itu, pendapatan dari layanan legacy – panggilan suara dan pesan – turun signifikan.

Pertumbuhan pendapatan dari layanan data - secara tahunan - hanya Rp4,09 triliun (7 persen), sedangkan penurunan pendapatan legacy secara tahunan mencapai Rp8,01 triliun (-24,6 persen).

Kinerja keuangan Telkomsel pada 2020, mirip dengan 2018. Penurunan pendapatan legacy lebih perkasa dari pertumbuhan pendapatan layanan data.

Saat itu pendapatan layanan legacy Telkomsel susut Rp11,8 triliun year on year/ yoy (-22 persen), sedangkan pendapatan dari layanan data hanya naik Rp7,83 triliun (19,8 persen) secara tahunan. Maka secara total pendapatan terjadi selisih sekitar Rp3,9 triliun dibandingkan dengan 2017.

Tesar menuturkan sulit bagi Telkomsel untuk menaikan tarif data agar pendapatan dapat terdongkrak. Sebab, Telkomsel sejauh ini sudah terkenal sebagai operator seluler dengan tarif termahal di Indoensia. Menurunkan tarif layanan data lebih mustahil lagi.

Dia mengusulkan agar pendapatan dari layanan data dapat meningkat, Hendri harus dapat menundukkan dan memaksa layanan over the top (OTT) untuk bekerjasama dengan Telkomsel.

Dengan kondisi tersebut, maka Telkomsel tidak hanya digunakan sebagai pipa untuk menyuntikan layanan OTT kepada para pelanggan OTT.

“Telkomsel tidak bisa hanya menjual data. Telkomsel harus naik level dan harus bisa bekerjasama dengan OTT. Telkomsel harus ambil cuan dari OTT. Jadi bukan pengguna yang dipaksa untuk membayar lebih, tetapi OTT yang harus bayar ke Telkomsel karena menggunakan jaringan operator,” kata Tesar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper