Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Bidang Regulasi dan Pemerintahan Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) Ardian Asmar menilai perusahaan yang melantai di bursa nantinya adalah perusahaan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia seperti GoTo atau dengan nama yang lain.
Secara finansial, kata Ardian, IPO GoTo tidak memiliki tantangan yang berarti. Investor yang berada di belakang kedua perusahaan memiliki modal jumbo.
Dia menduga ketika IPO dilakukan akan terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribe. Para pemilik modal jumbo yang berada di belakang GoTo bakal memborong saham GoTo.
Dengan adanya proses tersebut dia khawatir para investor bawah dan menengah yang tidak paham pasar akan menjadi korban. “Dugaan saya yang membeli itu-itu saja. Digoreng. Hati-hati yang akan jadi korban siapa? Yang investor kelas kecil dan menengah yang analisanya tidak kuat,” kata Ardian, Senin (17/5/2021).
Ardian menilai IPO perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia tidak akan menjadi perusahaan blue chip seperti BRI atau Telkom.
GoTo, menurutnya, hanyalah perusahaan hype dengan kinerja perusahaan yang kurang bagus. Selama ini kedua perusahaan, baik Gojek ataupun Tokopedia, menurut Ardian bertarung di wilayah yang berdarah-darah dan ‘bakar duit’.
“Kalau mau jujur lagi lihat buku Tokopedia dan Gojek, apakah mereka membukukan laba? Berapa keuntungan keduanya selama 5 tahun terakhir? Tidak akan dibuka. Yang akan dijual di IPO itu bukan pendapatan atau laba, tetapi pertumbuhan jumlah pengguna dari tahun ke tahun,” kata Ardian.
Ardian berpendapat pertumbuhan jumlah pengguna tersebut adalah hasil dari aktivitas promosi yang berlebihan, yang membuat pengeluaran mereka lebih tinggi dari pendapatan.
Jika ingin lebih detail lagi, sambungnya, maka harus dihitung jumlah programmer yang ada di Gojek dan Tokopedia yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri.
“Belum lagi bicara dari sisi pemasaran yang jor-joran. Pengguna pertama Gojek langsung mendapat Rp50.000, siapa yang bayar?” kata Ardian.
Sementara itu, dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Gojek dan Tokopedia memiliki catatan mentereng sepanjang 2020 dengan didukung oleh sejumlah investor kelas atas.
Sebagai informasi, Grup Goto didukung oleh investor kelas atas seperti Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident dan Sequoia Capital. Kemudian terdapat juga SoftBank Vision Fund, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus yang terdaftar sebagai investor GoTo.
GoTo mengeklaim berkontribusi sebesar 2 persen dari total produk domestik bruto Indonesia. GoTo juga mengeklaim memiliki Total Gross Transaction Value (GTV) secara Grup lebih dari US$22 miliar pada 2020, dengan 1,8 miliar transaksi dan lebih dari 2 juta mitra driver yang terdaftar pada tahun tersebut.
GoTo juga menyampaikan bahwa telah memiliki 11 juta mitra usaha (merchant) dan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active User/MAU) per Desember 2020.
Salah satu perwakilan pemegang saham Tokopedia dan Senior Vice President, Alibaba Group Michael Yao mengatakan Tokopedia telah mencapai pertumbuhan yang pesat dan kuat dalam 4 tahun terakhir atau sejak Alibaba Group berinvestasi di Tokopedia.
Chief Strategy Officer dan Senior Executive Vice President of Tencent James Mitchell mengatakan GoTo akan menciptakan peluang untuk tumbuha makin besar. Kombinasi kapabilitas Gojek dan Tokopedia bakal saling melengkapi di layanan dagang el, layanan pengiriman dan pembayaran on-demand, serta membangun tim yang kuat untuk mendorong inovasi internet di tingkat regional dan global dari Indonesia.