Ramadan 2021, Order Makanan Daring Diprediksi Naik 20 Persen

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 7 Mei 2021 | 17:34 WIB
Ilustrasi pengiriman order makanan daring. /Dok. Gojek Indonesia
Ilustrasi pengiriman order makanan daring. /Dok. Gojek Indonesia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Volume pemesanan makanan melalui aplikasi diperkirakan meningkat 20 persen pada Ramadan tahun ini dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu. Larangan mudik antarwilayah dan mudik lokal yang ditetapkan pemerintah menjadi salah satu pemicu.

Masyarakat yang menetap di rumah akan banyak memesan makanan untuk berbuka puasa dan sahur dengan mengandalkan aplikasi pesan antar makanan seperti GrabFood dan GoFood. Aplikasi juga digunakan untuk mengirim makanan favorit ke keluarga dan kerabat dekat.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Astindo) Handito Joewono menilai pembelian makanan melaui aplikasi akan meningkat saat pembatasan mudik oleh pemerintah.

Masyarakat yang makin nyaman dalam memesan makanan lewat aplikasi, di tengah kondisi pembatasan pergerakan, menjadi pemicu peningkatan. Volume pemesanan makanan melalui aplikasi pada Ramadan tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu diprediksi naik 20 persen .

“Peningkatan volume terjadi di daerah-daerah utama seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lain sebagainya. Sementara daerah-daerah di luar daerah utama, tidak terjadi peningkatan,” kata Handito, Jumat (7/5/2021).

Handito juga memperkirakan aktivitas pemesanan makanan melalui aplikasi tidak akan kendur hingga beberapa bulan ke depan. Masyarakat yang saat ini memesan makanan lewat aplikasi untuk berbuka puasa dan sahur, akan kembali memesan makanan setelah Ramadan berlalu.

Berbeda, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menilai jumlah pemesanan makanan melalui jasa pesan antar makanan selama Ramadan hingga nanti menjelang lebaran akan menurun.

Pola pemesanan makanan masyarakat berubah dari sehari tiga kali – saat siang hari, sore hari dan malam hari – menjadi sore hari saja, tepatnya pukul 16.00- 17.00 WIB.

Waktu pemesanan yang bertumpu pada satu waktu saja membuat jumlah pemesanan pada satu restoran atau tempat makan menjadi menumpuk dan lama. Alhasil, masyarakat kecewa dan membatalkan pemesanan.

Dia memperkirakan jumlah pemesanan makanan pada saat Ramadan hingga Lebaran nanti justru turun hingga 1/3 atau sekitar 33 persen dibandingkan dengan hari biasa.

Aktivitas pembatasan mudik tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pemesanan makanan, justru menyebabkan penurunan.

“Sebagian orang yang tinggal di perkotaan ada yang sudah pulang kampung. Aktivitas pemesanan makanan lewat aplikasi hanya terjadi di perkotaan. Kecuali orang yang di desa tiba-tiba datang ke kota,” kata Tesar.

Tesar menambahkan fitur pesanan terjadwal yang dimiliki oleh sejumlah penyedia aplikasi juga tidak serta merta mengatasi lonjakan permintaan di sore hari.

Fitur pemesanan terjadwal memang bisa mengatur jam pemesanan, namun tidak dengan kualitas makanan. Dengan memesan makanan lebih awal atau jauh dari jam buka puasa, maka kualitas makanan akan turun.

“Orang kalau berbuka puasa maunya makan yang hangat-hangat atau dingin, kalau makanannya datang lebih cepat nanti menjadi dingin atau kalau es menjadi cair,” kata Tesar.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper