Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dinilai untuk tidak sekadar menggelar karpet merah bagi raksasa teknologi asing yang ingin membangun pusat data di Indonesia, tetapi juga memastikan kesempatan berbisnis bagi pemain lokal untuk bisa ikut bersaing.
Direktur PT Daya Cipta Mandiri Solusi Fanky Christian mengatakan hadirnya raksasa teknologi untuk membangun pusat data selaras dengan ketatnya persaingan, baik antara pemain lokal dan asing. Sebab, hampir semua pemain global membangun zona cloud data center mereka di Indonesia.
“Tetap kita harus memastikan mereka mengikuti peraturan yang ada [di Indonesia] dan mereka pun harus memastikan adanya transfer knowledge atas teknologi yang mereka gunakan,” ujarnya, Senin (19/4/2021).
Sekadar catatan, Tencent menegaskan langkah perusahaan untuk membangun pusat data regional di Indonesia, menyusul Microsoft, Google, Alibaba, dan Amazon.
Dikutip melalui Nikkei Asia, pusat data ini ditujukan untuk memperkuat komitmen perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berkembang di Indonesia dan Asia.
Fanky melanjutkan, pemerintah harus memastikan semua pemain memiliki kesempatan bisnis yang sama, memperkerjakan orang Indonesia dan memastikan adanya transfer pengetahuan.
“Pelaku bisnis cloud dapat mengembangkan produk dan layanannya agar makin banyak orang percaya dan gunakan produk lokal cloud. Pemain bisnis memang bisa memilih layanan yang lebih murah, tapi kepastian hukum dan keamanan data yang ada di Indonesia harus tetap menjadi pertimbangan utama,” katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan untuk pemain lokal juga harus bisa bertahan dengan memperhatikan fokus pada segmen pasar tertentu, penggunaan teknologi cloud yang tepat, kemudahan akses pelanggan dan dukungan dari pemerintah. Sembari menunggu regulasi pendukung mereka tetap bisa bertahan.
Berdasarkan data International Business Machines (IBM) mencatatkan bahwa penggunaan komputasi awan akan meningkat 5—10 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020. Adapun, industri yang banyak mengadopsi yakni perbankan dan telekomunikasi.
Menurut catatan Bisnis, permintaan pusat data di Asia Pasifik diprediksi naik hampir dua kali lipat dalam 3—5 tahun ke depan. Sebab, permintaan data di Asia Pasifik akan tumbuh dengan peluncuran lebih banyak jaringan 5G di seluruh wilayah, populasi digital yang semakin terhubung, serta peningkatan adopsi pengaturan kerja jarak jauh.