Bisnis.com, JAKARTA – Ramainya raksasa teknologi untuk masuk ke bisnis komputasi awan dan pusat data di Tanah Air meningkatkan peluang Indonesia sebagai hub pusat data di Asia.
Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan bahwa jika dilihat dari sisi bisnis, Indonesia merupakan pasar yang baik dalam bisnis informasi atau data. Terlebih, teknologi informasi saat ini semakin rakus akan kebutuhan data.
“Hasilnya, persaingan pusat data akan sangat tinggi, tetapi tetap saja menguntungkan. Karena masing masing memiliki kekuatan yang berbeda, Contoh Google dengan bisnis intelijen serta YouTube-nya di mana komposisi iklan dan acara bergeser ke arah streaming data, kemudian Alibaba dengan perdagangan dan uang digitalnya. Masing-masing saling melengkapi,” ujarnya saat dihubungi, Senin (19/4/2021).
Tidak hanya itu, dia menilai raksasa teknologi berbondong-bondong membangun pusat data di Tanah Air, juga didorong potensi intelijen bisnis dan analitik data yang menjadikan pengumpulan data secara besar yang sangat diperlukan dan dibangun dalam suatu negara sehingga tidak akan bermasalah dengan regulasi setempat.
“Tentu saja hal ini harus dilihat dari segi keamanan dan ketahanan informasi negara Indonesia, data apa saja yang sensitif dan yang diperbolehkan,” katanya.
Menurutnya, kehadiran para pemain asing juga patut dimanfaatkan oleh pemain lokal agar bisa berkolaborasi, tetapi jika tidak maka mereka harus siap bertempur pada tingkatan yang sama. Ataupun pemain lokal hanya bermain pada tingkatan yang lebih rendah yang tidak dikerjakan oleh pemain global.
“Namun, agar pasar tetap sehat antara lokal dan asing, pemerintah perlu mengeluarkan regulasi keamanan dan ketahanan informasi data, pelaku bisnis harus berpikir global, jadi memang harus berpikir untuk melakukan ekspansi ke negara lain, yaitu ada perlakuan timbal balik,” ujar Ian.
Berdasarkan data International Business Machines (IBM) mencatatkan bahwa penggunaan komputasi awan akan meningkat 5—10 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020. Adapun, industri yang banyak mengadopsi yakni perbankan dan telekomunikasi.
Menurut catatan Bisnis.com, permintaan pusat data di Asia Pasifik diprediksi naik hampir dua kali lipat dalam 3—5 tahun ke depan. Sebab, permintaan data di Asia Pasifik akan tumbuh dengan peluncuran lebih banyak jaringan 5G di seluruh wilayah, populasi digital yang semakin terhubung, serta peningkatan adopsi pengaturan kerja jarak jauh.