Bisnis.com, JAKARTA - Hingga saat ini masih banyak perusahaan yang belum beralih ke teknologi awan kendati masa pandemi Covid-19 telah membawa kita lebih cepat pada era digitalisasi karena pembatasan mobilitas orang. Ibarat peribahasa ada angin ada pohonnya, segala hal ada asal mulanya atau sebab-sebabnya.
Usut punya usut alasan sebuah perusahaan belum beralih menggunakan layanan komputasi awan baik komputasi awan privat, komputasi awan publik, maupun komputasi awan hybrid adalah karena faktor keamanan.
Berdasarkan hasil survei Boston Consulting Group (BCG) bekerja sama dengan Amazon Web Services (AWS) terhadap 27 direktur perusahaan di berbagai bidang, diketahui bahwa 73 persen responden menjawab bahwa isu keamanan dan data privasi menjadi penghalang utama perusahaan-perusahaan mager atau malas bergerak ke komputasi awan.
Senada, laporan NTT Ltd. yang berjudul Cloud Hybrid 2021 juga menyebutkan hal demikian, dengan sebanyak 51,2 persen organisasi tidak menggunakan hybrid cloud karena faktor keamanan dan kesulitan dalam mengelola keamanan data. Mereka ragu saat ingin memindahkan data yang dimiliki, yang awalnya bersifat privasi beralih ke publik.
Dari dua laporan itu, disimpulkan bahwa keamanan menjadi isu penting karena ini menyangkut informasi sensitif yang dimiliki sebuah perusahaan, kemudian diserahkan kepada perusahaan lain untuk menyimpan.
Bisa dibayangkan, perusahaan yang menyimpan datanya secara internal saja bisa dicuri oleh pihak luar, apalagi jika data tersebut dititipkan ke pihak ketiga. Dalam proses penyerahan itu, sebuah perusahaan harus mengimani bahwa perusahaan komputasi awan yang diberikan amanah memiliki integritas.
Pemain komputasi awan lokal menyadari kondisi tersebut. Salah satunya PT Aplikanusa Lintasarta. Kepada Bisnis.com, President Director Lintasarta Arya Damar bercerita demi menjamin keamanan data pelanggan di layanan komputasi awan, melakukan pemisahan data secara logis di sisi platform dan melapisi layanan komputasi awan dengan dua lapisan keamanan yaitu Firewall dan OS Hardening.
Firewall merupakan sebuah sistem yang bekerja sebagai ‘tembok’ yang melindungi lapisan jaringan dan lapisan transport, sehingga data yang disimpan kebal dari berbagai serangan.
Tidak hanya menyediakan tembok, Lintasarta yang merupakan anak perusahaan dari PT Indosat Tbk. (ISAT) itu, juga menerapkan proses hardening yaitu sebuah proses peninjauan ulang seluruh arsitektur keamanan yang dimiliki secara rutin, untuk memastikan bahwa sistem operasi keamanan telah berjalan dengan benar dan tidak ada celah sama sekali untuk diserang.
Kemudian, bagi perusahaan yang ingin datanya tersimpan lebih aman lagi, Lintasarta juga memberikan opsi berlangganan Next-Gen Firewall dan Aplikasi Web Firewall di layanan komputasi awan publik Lintasarta, yang membuat data di komputasi awan publik makin aman.
“Selain itu Lintasarta juga sudah tersertifikasi dan memenuhi standar internasional seperti ISO dan PCI-DSS,” kata Arya.
Meski demikian tidak dapat dipungkiri, bahwa pemain komputasi awan yang menawarkan beragam keamanan dan kenyamanan tidak hanya Lintasarta, sebut saja Telkomsigma atau Biznet Cloud.
Logo PT Aplikanusa Lintasarta./ Dok. Istimewa
Telkomsigma melalui Flou Cloud menawarkan teknologi keamanan kelas global yang memastikan lingkungan komputasi awan tetap aman. Salah satu teknologi yang berada dalam Flou Cloud adalah Web Application Firewall (WAF).
WAF merupakan layanan keamanan firewall berbasis web yang berfungsi untuk menyaring, memonitor, menganalisa dan mendeteksi semua akses serta melakukan blokir terhadap lalu lintas berbahaya yang diarahkan ke situs web dan aplikasi pelanggan.
Di samping itu, Flou Cloud juga memiliki sistem perangkat lunak security host bernama Server Guard. Teknologi ini berfungsi mendeteksi celah keamanan host, baseline check, pemindaian dan penghapusan virus, dan manajemen aset terpadu.
Sementara itu, Biznet memiliki tiga pusat data, di tiga provinsi yang berbeda. Dengan itu pelanggan dapat membuat lingkungan produksi pada satu pusat data dan lingkungan cadangan atau disaster recovery site pada pusat data lain dari layanan Biznet Gio.
Dari sisi keamanan, Biznet Gio juga telah mengantongi sertifikasi SOC Type II pada awal Maret 2021, yang menandakan bahwa Biznet Gio telah menerapkan aspek trust service categories untuk privasi dan keamanan pelanggan pada layanan komputasi awan yang ditawarkan.
Untuk menghadapi persaingan yang ketat tersebut, Arya mengatakan, selain aman Lintasarta juga menjamin kenyamanan pelanggan dengan layanan yang fleksibel dan biaya hemat di layanan komputasi awan perseroan.
Sebagai contoh, Lintasarta tidak menerapkan tarif untuk berbagi lalu lintas internet yang disediakan di komputasi awan publik, sehingga pelanggan dapat lebih berhemat. Lintasarta pun yakin harga terjangkau dan kenyamanan yang diberikan jadi modal ke depan.
“Selain itu penambahan jaringan yang bersifat dedicated – baik internet maupun private link – dapat dilakukan dengan mudah serta harga yang cukup kompetitif apabila dibandingkan dengan penyedia komputasi awan lainnya,” kata Arya.
Adapun, satu-satunya permasalahan Lintasarta ke depan - atau bahkan sudah terjadi saat ini - adalah menghadapi persaingan dengan penyedia komputasi awan global, yang memiliki kantong tebal dan teknologi andal.
Dengan tantangan tersebut, Lintasarta pun dituntut makin inovatif dan terus mengembangkan teknologi yang dimiliki. Solusi ‘awan’ Lintasarta tidak boleh kalah bersaing dengan para perusahaan asing.
Berharap belas kasih pemerintah seperti menjaring angin. Pertarungan solusi ‘awan’ sangat ketat. Fokus saja pada keamanan dan kenyamanan. Seperti elang menyongsong angin.