Kerja Sama Berakhir, Jaringan XL Sulit Diakses di Jalur Bawah Tanah MRT

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 10 Maret 2021 | 09:04 WIB
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (18/8/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (18/8/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pelanggan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam mendapat jaringan selama berada di jalur bawah tanah Moda Raya Terpadu (MRT), seiring dengan berakhirnya kerja sama XL dengan pengelola infrastuktur telekomunikasi MRT.

Plt. Corporate Secretary Division Head MRT Ahmad Pratomo mengatakan XL telah mengakhiri kerja sama dengan mitra MRT untuk telekomunikasi yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).

“Lebih tepatnya XL melakukan pengakhiran kerja sama dengan mitra MRT,” kata Pratomo kepada Bisnis, Selasa (10/3).  

Dampak dari berhentinya kerja sama ini, pelanggan akan kesulitan mendapat jaringan XL ketika berada di sepanjang jalur MRT yang berada di bawah tanah.

Adapun saat berada di jalur terbuka – di luar dari jalur yang berada di terowongan- pelanggan XL tetap dapat mengakses layanan karena jaringan dapat ditembakkan dari BTS yang berada di dekat jalur MRT.

Pratomo pun mengatakan hingga saat ini baru XL Axiata yang memutuskan berhenti bekerjasama. 

"Kalau di atas bisa pakai sinya XL yang ada di permukaan, sama seperti sinyal yang diterima orang saat berjalan kaki atau naik kendaraan pribadi," kata Pratomo.  

Sebelumnya, XL Axiata sempat mengusulkan agar pihak MRT dan mitra menurunkan tarif sewa infrastruktur jaringan telekomunikasi di lintasan dan stasiun MRT. Investasi yang digelontorkan, tidak sesuai dengan pendapatan yang dikantongi. 

XL pun sempat mengkaji ulang mengenai penyewaan kapasitas di lintasan MRT. 

Sekadar informasi, pada 2019 atau saat MRT mulai beroperasi, pengelola MRT menetapkan harga sewa perangkat pasif di 6 stasiun bawah tanah MRT.

Adapun tarif yang dipasang oleh pengelola MRT, berdasarkan informasi yang diterima Bisnis, senilai Rp3,5 miliar hingga Rp4 miliar per operator untuk kapasitas sebesar 600 Mbps. Tarif tersebut hanya berlaku untuk 2 tahun pertama yang berarti pada tahun ini selesai. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper