Pengumpul Kemasan Bekas Ini Dapatkan Rp10 Juta per Bulan

Mia Chitra Dinisari
Jumat, 5 Maret 2021 | 15:01 WIB
Octopus
Octopus
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Octopus, aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai, saat ini tercatat telah memiliki 35.000 ribu pengguna aplikasi, 1.600 mitra pengepul dan bank sampah tempat Pelestari menyetorkan sampah yang diangkut.

Aplikasi Octopus sendiri telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan dalam waktu dekat segera hadir di Bandung.

berkembang pesat seiring makin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama memberdayagunakan produksi sampah secara sistematis. Octopus adalah aplikasi yang memungkinkan penggunanya menyetorkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang. Pengguna, dengan target utama anak muda yang sudah peduli lingkungan, akan mendapat imbalan seperti voucher potongan harga saat membeli kopi-kopi kekinian.

Selama 6 bulan terakhir, Octopus mencatat telah berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna. Capaian itu didapat dari 3 mobile apps, yaitu untuk pengguna (consumers), pelestari (waste collectors), dan pebisnis produksi sampah (checkpoints).

Berdasarkan pengalaman salah satu pelestari Octopus bernama Sulaiman (43), mengatakan telah meraih penghasilan sejumlah Rp10,4 juta dalam satu bulan pada Oktober 2020.
 
Dia mengatakan alasannya mengikuti Octopus karena tanggungan 2 anak, dan saat itu tak punya pilihan untuk menyelamatkan perekonomian keluarganya.

Ia mengajukan diri sebagai Pelestari/pengangkut sampah daur ulang pada Februari 2020. Sampah yang diangkutnya itu dibawa untuk dijual ke bank sampah. Lalu bank sampah mitra Octopus menjualnya ke industri daur ulang.

Berkat kerja kerasnya, dalam sebulan Sulaiman bisa melunasi utang-utang, membayar uang sekolah anak-anaknya, dan mengamankan perekonomian keluarganya. Penghasilan Sulaiman sebagai Pelestari penuh waktu di Octopus diawali sekitar Rp1 juta per bulan, lalu naik menjadi Rp3 juta per bulan, dan akhirnya mencapai Rp10,4 juta per bulan. Pendapatan Sulaiman ini menjadi rekor tertinggi bagi Octopus.
 
Sulaiman adalah satu dari sekitar 8.000 orang yang menjadi Pelestari di Octopus yang beroperasi di Makassar dan Bali. Mayoritas Pelestari ini dulunya adalah para pemulung yang diberi pelatihan cara memakai aplikasi dan mengenali sampah yang bisa diterima oleh industri daur ulang. Selain pemulung, Pelestari juga terdiri dari mahasiswa, korban PHK akibat pandemi Covid-19 dan ojek online.
 
Octopus Indonesia berdiri di Makassar pada awal 2020, terdiri dari 7 orang dengan beragam latar belakang, seperti lulusan kampus Amerika Serikat seperti Harvard Business School dan MIT, dan UC Berkeley.
 
CEO sekaligus co-founder Octopus, Moehammad Ichsan mengatakan, Octopus melakukan proyek pilot pertama di Makassar, dengan alasan kami ingin mulai berinovasi dari Indonesia bagian timur.

"Saya kemudian bertemu dengan Hamish, dan ternyata kami memiliki visi yang sama dengan Hamish mengenai bagaimana cara-cara sampah yang dikonsumsi tidak lari ke tempat sampah ataupun dibuang, tapi bisa menjadi penggerak industri daur ulang yang dapat meningkatkan aktifitas sirkular ekonomi.” ujarnya.

“Octopus adalah sebuah ekosistem ekonomi sirkular yang bisa jadi solusi permasalahan sampah di Indonesia, kita membantu industry dapet material daur ulang lebih bagus, bantu pemulung dapat kerjaan lebih layak, bahkan bantu standarisasi harga material daur ulang di setiap kota, everybody is happy, it’s a win-win solution!”, kata Hamish Daud, Chief Marketing Officer  Octopus.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper