Tren Cloud Gaming di Indonesia, Ekosistemnya Sulit Diprediksi

Akbar Evandio
Minggu, 21 Februari 2021 | 18:28 WIB
Ilustrasi cloud gaming / Bloomberg
Ilustrasi cloud gaming / Bloomberg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekosistem bisnis gim berbasis komputasi awan dinilai masih sulit diprediksi. Meskipun pandemi mengakselerasi masyarakat untuk akrab dengan digital, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan walaupun mulai banyak pemain yang masuk ke ranah cloud gaming, baru-baru ini Google Stadia baru saja menutup studio pengembangan gimnya dan memfokuskan Stadia sebagai penyedia tulang punggung sistem cloud gaming lainnya.

“Melihat ini saya rasa ekosistemnya masih sulit diprediksi,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis pada Minggu (21/2/2021).

Sekadar catatan, Google pekan ini mengumumkan penutupan studio game yang bersangkutan. Ada dua kantor studio yang dibubarkan, di Los Angeles (AS) dan Montreal (Kanada).

Penutupan ini berimbas pada 150 orang pegawai anggota tim Stadia Games & Entertainment. Sebagian besar dialihkan untuk mengerjakan proyek baru.

Dikutip melalui blog resmi Google, Google menjelaskan alasan penutupan Stadia Game Studio terkait dengan waktu dan biaya pengembangan gim yang dinilai tidak ekonomis.

Wakil presiden dan manajer umum Google Stadia Phil Harrison menuliskan bahwa dengan menutup Stadia Games & Entertainment, Google tidak lagi terus bekerja keras mengembangkan gim untuk Stadia.

“Membuat gim terbaik memerlukan banyak waktu dan banyak investasi, tetapi biayanya telah meningkat secara eksponensial," ujarnya.

Cipto mengatakan ekosistem yang diperlukan oleh cloud gaming adalah kecepatan dan stabilitas internet yang tinggi. Menurutnya, untuk negara maju saja masih sedikit yang mampu memanfaatkannya dengan maksimal, apalagi infrastruktur Indonesia.

“Saat ini daya tarik utama cloud gaming adalah tidak perlu beli alat khusus main gim yang mahal. Artinya semestinya menyasar ekonomi menengah yang perlu pikir-pikir dulu beli konsol atau PC mahal. Padahal untuk menggunakan cloud gaming memerlukan internet yang cukup mumpuni dan juga tidak murah. Ada ketidak-cocokan di sini, yang saya rasa baru akan terselesaikan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan,” ucapnya.

Cipto mengamini bahwa bisnis cloud gaming adalah peluang besar bagi industri komputasi awan sehingga saat ini yang perlu dipersiapkan adalah infrastruktur koneksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper