Biaya WiFi untuk Belajar Jarak Jauh Lebih Hemat, Ini Perhitungannya

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 19 Februari 2021 | 07:59 WIB
Siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Pasawahan mengerjakan tugas sekolah di pos kamling Desa Pasawahan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, (16/7/2020). Pelajar yang tinggal di desa terpecil terpaksa mengerjakan tugas sekolah di luar rumah lantaran keterbatasan jaringan internet sedangkan sekolah hanya bisa memfasilitasi kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring mengunakan aplikasi WhatsApp Grup serta Facebook Messenger. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Pasawahan mengerjakan tugas sekolah di pos kamling Desa Pasawahan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, (16/7/2020). Pelajar yang tinggal di desa terpecil terpaksa mengerjakan tugas sekolah di luar rumah lantaran keterbatasan jaringan internet sedangkan sekolah hanya bisa memfasilitasi kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring mengunakan aplikasi WhatsApp Grup serta Facebook Messenger. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan WiFi diklaim lebih efisien biaya dibandingkan dengan pemberian kuota internet kepada pelajar dan tenaga pendidikan dalam program pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Ketua Bidang Industri Aplikasi Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) M. Tesar Sandikapura mengatakan dengan WiFi pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang setiap bulan untuk membeli kuota internet yang akan habis dalam sekali pakai.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis.com, Jumat (19/2/2021), biaya penggelaran WiFi di satu titik beragam, tergantung dari kondisi wilayah dan jarak ke titik WiFi. Makin dekat jarak antara titik WiFi dengan inti jaringan maka biaya yang dikeluarkan juga makin murah. Untuk pengadaan perangkat saja – di luar biaya kabel, tiang dan instalasi - sekitar Rp1–5 juta per titik, tergantung dari teknologi yang digunakan.

Adapun jika biaya pembangunan termasuk kabel, tiang dan lain sebagainya, diperkirakan minimal belanja modal yang dibutuhkan per titik sekitar Rp10 juta. Jika menggunakan skema sewa nilainya diperkirakan jauh lebih murah.

Artinya, per Rp1 miliar dana yang dikeluarkan, jumlah titik WiFi yang dapat dibangun –termasuk dengan biaya kabel dan instalasi - sekitar 100 titik. Per titik, diperkirakan jumlah peserta didik yang dapat terlayani sekitar 25–50 peserta didik. Jumlah titik akan makin sedikit, jika jarak penggelaran WiFi makin jauh.

Sementara itu, berdasarkan data verifikasi dan validasi nomor ponsel Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) per November 2020, jumlah peserta didik penerima bantuan subsidi kuota – dengan parameter nomor yang dimiliki sesuai dengan format nomor ponsel dan aktif – mencapai 34.085.658 peserta didik.

Dengan asumsi seluruh peserta didik merupakan pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK yang berhak menerima kuota pendidikan sebesar 35GB per bulan, maka terdapat 1.192.998.030 GB yang harus dibayarkan pemerintah dengan nilai sekitar Rp1,19 triliun per bulan ke operator. Perhitungan tersebut dengan asumsi biaya harga per GB yaitu Rp1.000.

Berdasarkan data yang sama diketahui juga bahwa sebagian besar peserta didik menggunakan Telkomsel sebagai provider untuk mendukung proses belajar jarak jauh, tercatat peserta didik yang menggunakan Telkomsel sebanyak 17,08 juta nomor. Adapun, pengguna Indosat, XL, dan Axis masing-masing sebesar 6,01 juta, 2,61 juta dan 3,94 juta peserta didik.

Sementara itu, jumlah peserta didik yang menggunakan Tri Indonesia dan Smartfren tercatat masing-masing sebanyak 3,74 juta dan 1,8 juta peserta didik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper