Bisnis.com, JAKARTA – Nilai investasi pengembangan aplikasi secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah adopsi sistem aplikasi.
Ketua Bidang Industri Aplikasi Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) M. Tesar Sandikapura menceritakan nilai investasi yang digelontorkan suatu perusahaan untuk mengembangkan sebuah aplikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Untuk menghadirkan sebuah perusahaan perlu menyiapkan anggaran untuk perangkat lunak, perangkat keras dan perangkat pendukung yang membantu proses pembuatan aplikasi.
“Biasanya yang besar pertama di perangkat lunak karena dari awal, ini perkiraan bisa Rp500 juta–Rp2 miliar tergantung kompleksitas,” kata Tesar kepada Bisnis.com, Selasa (2/2/2021).
Tahap berikutnya yang harus disiapkan, kata Tesar, adalah kapasitas peladen (server) yang akan menampung jumlah pengguna.
Untuk sebuah aplikasi dengan kapasitas mencapai 500.000–1 juta pengguna, Tesar memperkirakan membutuhkan empat peladen medium, dengan biaya sekitar Rp1 miliar–Rp2 miliar.
“Jika mau lebih besar lagi tinggal dikalikan saja,” kata Tesar.
Terakhir adalah perangkat (tools) untuk mempermudah pengembangan aplikasi. Dia mengatakan nilai investasi di sektor ini biasanya bergantung dari analisa big data yang ingin diolah, jika menggunakan tools yang berbayar, investasinya bisa di atas Rp1 miliar–Rp5 miliar license per tahun.
Adapun, jika pemerintah menggunakan aplikasi yang telah jadi atau bekerja sama dengan pihak ketiga, maka investasi yang digelontorkan kemungkinan akan lebih murah. “Kalau hanya aplikasi saja seharusnya tidak sampai miliaran rupiah,” kata Tesar