RI Jadi Pasar Potensial bagi Bisnis Pesan-Antar Makanan, Kok Bisa?

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 28 Januari 2021 | 18:02 WIB
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Populasi yang besar menjadikan Indonesia sebagai pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020 jumlah penduduk di Indonesia sekitar 270,2 juta jiwa.

Chief Executive Officer Momentum Works Jianggan Li mengatakan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar membuat bisnis layanan pesan-antar makanan tumbuh subur di Tanah Air.

Menurutnya, peluang bisnis ini untuk tumbuh masih sangat terbuka mengingat layanan pesan-antar makanan di Indonesia baru menyumbang kurang dari 1 persen dari pasar layanan makanan negara itu sendiri, yang seharusnya mencapai US$61 miliar pada 2019.

“Walau hal ini menggambarkan ruang pertumbuhan yang signifikan bagi perusahaan layanan pesan-antar makanan di Indonesia, fakta ini juga mencerminkan kurangnya kesiapan pasar dalam mengadopsi layanan pesan-antar makanan di kota-kota tier kedua dan ketiga,” kata Li dalam konferensi virtual, Kamis (28/1/2021).

Dia menambahkan pendapatan rumah tangga dan angka belanja konsumen untuk layanan makanan dan minuman di Indonesia juga termasuk yang terendah di kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, infrastruktur di Indonesia memiliki kesenjangan antara satu kota dengan kota lainnya.

Akibat dari keterbatasan faktor-faktor penunjang ini, sebut Li, para penyedia layanan pesan-antar makanan harus memiliki perencanaan jangka panjang saat berinvestasi di Indonesia.

Li menyarankan agar perusahaan pengembang layanan pesan-antar makanan dapat tumbuh di tengah keterbatasan tersebut.

Perusahaan dapat menerapkan sejumlah strategi potensial seperti meningkatkan volume transaksi segmen konsumen kelas menengah ke atas dan menekan biaya untuk menjalankan layanan pesan-antar makanan untuk mengimbangi harga makanan dan nilai pesanan yang rendah.

“Perusahaan juga dapat meningkatkan literasi digital supaya restoran atau rumah makan skala kecil dengan sumber daya dan kemampuan terbatas dapat mengadopsi layanan pengiriman makanan. Berinvestasi dalam infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong adopsi layanan pesanantar makanan di kota-kota tier 2 dan 3,” kata Li.  

Sementara itu, COO Momentum Works Yorlin Ng mengatakan Grab dan Gojek bersaing ketat di Indonesia. Dalam persaingan tersebut, Grab berfokus fokus memperkuat sistem infrastruktur inti dalam bisnis pesan antar makanan, menangani permasalahan dan penyimpangan yang terjadi secara cepat, serta memperluas jangkauan layanan untuk mengakuisisi pasar.

Sementara Gojek, kata Yorilin, lebih memilih  mempertahankan pangsa pasarnya di Indonesia sambil mencoba mendapatkan daya tarik di pasar Asia Tenggara lainnya.

“Gojek juga menumbuhkan layanan pembayaran dan keuangannya,” kata Yorlin.

Untuk diketahui, laporan Momentum Works yang berjudul Food Delivery Platforms in Southeast Asia menyebutkan GMV layanan pesan-antar makanan di Indonesia mencapai US$3,7 miliar pada 2020.

Dari total tersebut, Grab mengusai lebih banyak pasar dibandingkan dengan Gojek. Grab menguasai 53 persen pangsa pasar dan Gojek persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper