Menengok Migrasi Paus Biru Antartika di Barat Selandia Baru selama Musim Dingin

Rika Anggraeni
Rabu, 13 Januari 2021 | 14:53 WIB
Paus Biru Antartika / auckland.ac.nz
Paus Biru Antartika / auckland.ac.nz
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perairan Selandia Baru menyediakan jalur migrasi penting bagi paus biru Antartika. Studi ini dipimpin oleh seorang ilmuwan dari Univesity of Auckland.

Studi tersebut baru diterbitkan di jurnal Frontiers of Marine Science. Studi ini merupakan upaya bersama oleh University of Auckland dan National Institute for Water and Atmospheric Research (NIWA), dengan kolaborator dari Texas A&M University di Amerika Serikat dan perusahaan pemantau akustik JASCO Ilmu Terapan (Australia).

Dilansir dari The University of Auckland pada Rabu (13/1/2021), temuan ini karena adanya pantauan dari hidrofon atau mikrofon air yang terpasang di dasar permukaan laut di Selandia Baru. Hidrofon tersebut merekam panggilan frekuensi rendah paus untuk memantau lokasi.

Dalam studi tersebut menujukkan bahwa paus-paus itu menempuh rute yang melintasi South Taranaki Bight. Selama musim dingin, terdeteksi adanya paus biru Antartika terbesar di South Taranaki Bight. Mereka bermigrasi ke perairan yang lebih hangat untuk berkembang biak di sana. Penelitian menunjukkan, sebelum mereka memuncak lagi di musim semi, paus kembali ke Antartika untuk mencari makan.

Selain di South Taranaki Bight, paus biru Antartika juga terdeteksi pada tingkat yang lebih rendah di lepas pantai timur tengah Selandia Baru, yaitu lepas pantai dari Kaikoura dan Wairarapa.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa perairan Selandia Baru menyediakan habitat penting bagi makhluk luar biasa ini," kata Dr Victoria Warren, dari Institute of Marine Science, yang memimpin penelitian, dikutip dari laman The University of Auckland, Rabu (13/1/2021)

Menengok Migrasi Paus Biru Antartika di Barat Selandia Baru selama Musim Dingin

Menurut Warren, paus biru Antartika termasuk ke golongan yang sangat terancam punah, dan harus melakukan segala cara untuk melindungi hewan-hewan itu.

Paus biru Antartika lebih besar dari dinosaurus terbesar yang pernah ada. Paus biru Antartika memiliki panjang yang mencapai hingga 30 meter dan berat 200 ton, dengan ukuran jantung mobil kecil. Namun, keberadaan mereka diburu sampai di ambang kepunahan abad lalu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi 3.000 pada tahun 2018, dibandingkan dengan puncak sebanyak 200.000 paus sebelum perburuan paus komersial.

Berdasarkan data akustik, kemungkinan paus biru Antartika dapat berkembang biak di perairan Selandia Baru, karena panggilan mereka terdengar selama musim kawin pada bulan September dan Oktober, tetapi buktinya tidak meyakinkan.

Orang Selandia Baru mungkin pada kesempatan langka melihat paus biru Antartika, akan tetapi makhluk ini sangat sulit dibedakan secara visual dari paus biru kerdil yang agak lebih kecil, tetapi masih besar.

Bahkan para ilmuwan menguping melalui hidrofon yang dipasang di kedalaman antara 100 hingga 1.500 meter. Meskipun sulit untuk mengidentifikasi subspesies secara visual, hal itu dilakukan secara langsung melalui suara.

Data mengungkapkan bahwa paus biru kerdil tampaknya berkumpul di Teluk Taranaki Selatan, terutama antara bulan Maret dan Mei.

Hidrofon tersebut dikerahkan pada tahun 2016 dengan empat lokasi di sekitar Selandia Baru tengah, yaitu di South Taranaki Bight, Selat Cook, dan lepas pantai Kaikoura dan Wairarapa. Selama 106,5 hari, terdapat 20.751 total panggilan paus biru terdeteksi, dengan kedua sub-spesies muncul di semua lokasi.

"Penelitian ini benar-benar menggambarkan nilai penyebaran jangka panjang mikrofon bawah air, untuk memantau hewan langka dan sulit diamati seperti paus migran besar," kata Associate Professor Rochelle Constantine.

Namun, adanya potensi yang mengancam bagi keberlangsungan paus. Ancaman itu berupa tabrakan dengan kapal, polusi plastik serta kebisingan antropogenik dari sumber seperti eksplorasi minyak dan gas. Ancaman ini tentu akan mengganggu komunikasi mereka.

Bukan hanya itu, pemanasan dan perubahan tingkat keasaman laut akibat perubahan iklim juga berpotensi mengubah ekosistem laut lebih cepat daripada kemampuan paus beradaptasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Lukas Hendra TM
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper