Aplikasi Pesan Instan Lokal Diklaim Terkendala Modal

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 11 Januari 2021 | 17:21 WIB
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019). Pemerintah menerbitkan Permenkeu tentang Badan Usaha Tetap (BUT) untuk mengejar pemasukan pajak dari perusahaan asing yang berbasis di luar negeri namun bertransaksi dan memperoleh penghasilan di Indonesia termasuk perusahaan besar 'Over The Top' (OTT) atau daring seperti Google, Facebook, Youtube dan lain-lain./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019). Pemerintah menerbitkan Permenkeu tentang Badan Usaha Tetap (BUT) untuk mengejar pemasukan pajak dari perusahaan asing yang berbasis di luar negeri namun bertransaksi dan memperoleh penghasilan di Indonesia termasuk perusahaan besar 'Over The Top' (OTT) atau daring seperti Google, Facebook, Youtube dan lain-lain./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Aspek pemodalan dinilai menjadi tantangan terberat bagi pengembang aplikasi pesan lokal untuk tumbuh.

Investor lokal, bahkan sekelas PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), memilih bungkam saat pengembang lokal ingin naik kelas. Hal ini disinyalir menjadi salah satu penyebab ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap aplikasi pesan milik asing sangat tinggi.

CEO Lite Big M. Tesar Sandikapura mengatakan aplikasi pesan instan buatan dalam negeri memiliki infrastruktur dan kemampuan yang mumpuni untuk bersaing dengan pengembang aplikasi pesan lain seperti WhatsApp, Telegram, dan lain sebagainya.

Hanya saja, sebutnya, permasalahan terbesar adalah pemodalan. Untuk menghadirkan layanan yang prima dan pengiriman pesan super cepat dibutuhkan infrastruktur server dengan kualitas terbaik. Sayangnya, minat investor lokal dalam menaruh modal untuk mewujdkan hal tersebut belum optimal.

“Pengguna internet di Indonesia hampir 200 juta. Artinya delapan negara di Asia Tenggara kalau digabung jadi seperti Indonesia. Pasar yang sangat besar, tetapi sayangnya beberapa investor lokal tidak tertarik untuk mengembangkan ini, bahkan sekelas Telkom pun setengah hati,” kata Tesar kepada Bisnis.com, Minggu (10/1/2021).

Dia menilai Telkom berpotensi besar untuk menjadi raja aplikasi pesan instan di Tanah Air dengan infrastruktur yang dimiliki dan modal besar. Sayangnya, hingga saat ini Telkom tak mampu mengembangkan satupun aplikasi pesan yang mumpuni.

Tesar menuturkan dirinya pernah mengajukan kerja sama dengan salah satu BUMN untuk pengembangan aplikasi pesan. Konsepnya, BUMN tersebut sebagai pemberi modal, sedangkan pengembangan aplikasi akan dilakukan di luar, agar dapat beraktivitas lebih lincah dan tidak terikat dengan birokrasi. Usulan tersebut tidak pernah berjalan.

“Pemodalan menjadi sangat penting. Investor lokal sangat sulit [memberikan modal] ke kita. Saya tidak dapat pungkiri kenapa Gojek dan Traveloka dikuasai oleh pemodal asing, karena ketika skalanya ingin naik, investor lokal pasti tidak ada yang berani,” kata Tesar.

Berdasarkan perhitungannya, untuk perusahaan super aplikasi seperti Lite Big, termasuk aplikasi pesan, modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas dari 1 juta pengguna menjadi 3--5 juta pengguna, sekitar Rp100 miliar, untuk belanja modal perangkat.

Saat ini Lite Big masih dalam tahap menunggu pemodalan. Lite berupaya meningkatkan kapasitas yang dimiliki dari 700.000 pengunduh menjadi 5 juta pengunduh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper