Bisnis.com, JAKARTA – Rencana merger antara Grab dan Gojek diyakini akan terjadi secara regional. Seperti merger Grab dan Uber, nantinya hanya satu perusahaan yang akan bertahan di satu negara.
Chief of Marketing Jarvis Asset Management, Kartika Sutandi menilai bahwa merger antara Grab dan Gojek merupakan hal yang tepat di tengah persaingan ketat keduanya.
Para pemegang saham kedua perusahaan super aplikasi tersebut ingin agar persaingan ketat yang menjurus pada ‘bakar uang’ segera dihentikan. Salah satu skemanya adalah melalui aktivitas merger.
Seandainya kedua perusahaan transportasi online tersebut sepakat, menurut Kartika, merger akan dilakukan secara regional yang menyebabkan salah satu dari kedua perusahaan tersebut harus menutup layanan, seperti Uber yang menutup layanan ketika merger dengan Grab.
“Mungkin seperti regional merger. Jadi di luar Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), di Indonesia Grab tidak ada, tinggal Gojek,” kata Kartika kepada Bisnis.com, Minggu (6/12/2020).
Kartika berpendapat merger secara regional terjadi karena persaingan ketat keduanya tidak hanya terjadi di Indonesia saja melainkan juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam dan Singapura.
Alhasil, merger pun dilakukan secara regional sehingga di satu negara, nantinya hanya terdapat satu layanan transportasi online saja.
“Misalnya di Malaysia yang selamat adalah Grab karena pusatnya, kemudian di Thailand siapa yang paling besar. Sama seperti merger Uber dengan Grab di Indonesia dahulu,” kata Kartika.
Adapun kendala dalam mempersatukan keduanya, menurut Kartika, masih terletak pada ego masing-masing perusahaan untuk memutuskan siapa yang berhak memimpin dan bertahan di suatu negara.