Ada Vaksin Covid-19, Industri Pariwisata Jangan Terlalu Berharap

Akbar Evandio
Senin, 7 Desember 2020 | 17:19 WIB
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu malam, 6 Desember 2020./Istimewa
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu malam, 6 Desember 2020./Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menilai agar pelaku bisnis di industri pariwisata untuk tidak berharap lebih pasca kehadiran 1,2 juta vaksin Covid-19 merek Sinovac di Indonesia.

Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi mengamini bahwa harapan untuk pulihnya sektor pariwisata makin terlihat dengan kehadiran vaksin tersebut, tetapi para pelaku tetap perlu waspada akan segala kemungkinan yang ada.

“Dengan datangnya vaksin di Desember ini jangan berharap terlalu banyak, karena proses dan tahapannya ini masih panjang. Memang ada harapan, tetapi saya tidak terlalu optimis pariwisata dapat meningkat, bahkan hingga awal 2021 nanti,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (7/12/2020).

Namun, dia mengatakan bahwa lain cerita untuk perusahaan rintisan (startup) berbasis Online Travel Agency (OTA). Menurutnya, kehadiran vaksin justru memberikan titik terang bagi mereka.

“Untuk OTA justru ada titik terang dan bisa pulih lebih awal, mungkin di Semester II/2020. Karena 6 bulan pertama [pada 2021] semua masih fokus terhadap segala urusan vaksin ini,” katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa adanya titik terang bagi pelaku bisnis OTA, lantaran saat ini peminat pariwisata berasal dari grup-grup kecil, yakni keluarga yang jumlahnya belum banyak.

Didien pun mengatakan bahwa alasan masih belum tingginya minat masyarakat untuk kembali berlibur dikarenakan pemangkasan libur akhir tahun yang membuat masyarakat kembali mengatur ulang jadwal bepergian bersama keluarga masing-masing.

“Libur panjang yang dipangkas sekarang ini pasti potensi pendapatan [OTA] 50 persen akan berkurang, karena orang yang mau berlibur akan berubah jadwalnya,” katanya.

Namun, dia menyebutkan bahwa hal tersebut menjadi pilihan yang baik untuk dilakukan pemerintah. Menurutnya, kesehatan masyarakat jauh lebih penting dibandingkan segera pulihnya industri.

“Kami sebagai pelaku di industri pariwisata masih harus bersabar dan memang rugi, tetapi justru kerugiannya akan lebih besar kalau jumlah kasus naik lagi. Mudah-mudahan di akhir semester II/2021 benar-benar dapat titik terang,” kata Didien.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper