Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber, Palo Alto Networks memprediksi makin banyak data pribadi tersebar dalam lanskap keamanan siber pada 2021
VP & Regional Chief Security Officer Asia Pacific and Japan Palo Alto Network Sean Duca mengatakan bahwa sejak jaringan 5G mulai diperkenalkan, teknologi tersebut akan mengakselerasi peluncuran jaringan secara besar-besaran di banyak negara.
“Hal ini perlu menjadi perhatian bagi kalangan perusahaan pada 2021 nanti. Penerapan 5G jauh lebih menantang dan mengakibatkan meningkatnya potensi serangan siber,” ujarnya dalam diskusi virtual, Selasa (1/12/2020).
Selain itu, dia melihat bahwa teknologi tersebut akan mengarahkan perusahaan untuk menerapkan pola bekerja dari rumah menjadi lebih intens sehingga para petinggi harus mendesain kembali bagaimana suasana bekerja jarak jauh dan keamanannya bagi seluruh tim.
Sayangnya, dia menilai saat ini masih banyak dari solusi ini mengandalkan teknologi lama yang tidak stabil dan tidak mampu mendukung konektivitas secara simultan.
“Ada satu saja pembelajaran yang dapat dipetik dari 2020, kerja jarak jauh dalam skala seluas perusahaan memungkinkan untuk diterapkan. Nantinya, 2021 semua fokus akan tertuju pada manusia itu sendiri. Tahun yang menawarkan beragam peluang baru bagi bisnis agar terus bertumbuh dan mendukung karyawan menuntaskan tugas-tugas dalam keseharian,” ujarnya.
Baca Juga Data Pengguna Bocor, Ini Langkah Spotify |
---|
Director & Systems Engineering Palo Alto Networks Indonesia Yudi Arijanto menyebutkan bahwa ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh mereka yang bekerja jarak jauh.
Dia mengimbau agar karyawan untuk menghindari tindakan memasang plug in pada browser mereka secara sembarangan.
"Plug in yang di-install sembarangan bisa mengandung program jahat atau malware yang membahayakan. Jadi jangan menginstal plugin sembarangan," katanya.
Dia pun menambahkan bahwa tren keamanan siber juga akan menyasar masyarakat yang bekerja di rumah karena tidak terlepas dari berbagai aktivitas digital. Salah satunya transaksi yang dilakukan dengan perangkat yang sama seperti yang dipakai untuk bekerja.
“Saya menyarankan untuk selalu mengaktifkan metode otentikasi Two-Factor Authentication [2FA] untuk login di berbagai akun daring. Hal ini karena 2FA menambah layer keamanan, dengan begitu akan menghambat hacker atau penjahat siber mendapatkan akses ke akun pengguna,” katanya.
Terakhir, dia menyebutkan bahwa terdapat beberapa sektor yang rawan mengalami serangan siber pada 2021, seperti kesehatan, e-commerce, dan perbankan.
“Alasannya, makin banyak aset masyarakat yang ditaruh di internet atau cloud, tentunya menjadi target empuk bagi penjahat siber. Sektor kesehatan akan banyak kena serang, banking, financial, e-commerce. Hal ini karena data masyarakat paling banyak berada di sana,” kata Yudi.