Menkominfo: Satelit Satria Tetap Mengorbit pada Jalurnya

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 23 November 2020 | 18:02 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate memberikan sambutan saat acara penandatanganan kerja sama pembangunan satelit Satria di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate memberikan sambutan saat acara penandatanganan kerja sama pembangunan satelit Satria di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa International Telecommunication Union (ITU) tidak menolak berkas perpanjangan tenggat waktu peluncuran Satelit Satria. ITU hanya meminta pemerintah untuk melengkapi dokumen untuk perpanjangan tenggat waktu peluncuran.

Menkominfo Johnny G. Plate mengatakan bahwa pabrikasi Satelit Multifungsi Satria masih berjalan normal. Dia meyakini bahwa Satria tetap akan mengorbit di 146 derajat bujur timur (BT).

Dia menjelaskan permohonan perpanjangan tenggat waktu peluncuran Satelit Satria ke Uni Telekomunikasi Internasional atau International Telecommunication Union (ITU) karena pandemi Covid-19, merupakah hal yang wajar.

ITU, kata Johnny, telah memberi kesempatan kepada pemerintah Indonesia untuk menyampaikan sejumlah dokumen perihal permohonan perpanjangan tenggat waktu tersebut.

“Atas pengunduran jadwal ini, Indonesia mengusulkan dan meminta perpanjangan waktu satelit di orbit selama 14 bulan, yang diperkirakan secapatnya bisa dilakukan pada Q4/2023. Hal ini biasa dilakukan di ITU,” kata Johnny dalam konfrensi virtual, Senin (23/11/2020).

Dia menjelaskan permohonan perpanjangan waktu akibat force majeure, sering terjadi di ITU. Pada saat Indonesia mengajukan permohonan perpanjangan waktu terdapat lima negara lainnya yang juga melakukan hal serupa.

Johnny menambahkan selain memohon perpanjangan waktu, pemerintah juga telah melakukan langka antisipasi agar program Satelit Satria tetap dapat pada jalurnya, seperti mengajukan filling satelit Nusantara-PE1-A.

Pemerintah telah menjalankan sejak lama proses pendaftaran dan penyelesaian koordinasi dengan negara-negara yang diwajibkan sehingga kehadiran Satria tidak akan mengganggu satelit negara-negara lain.

Langkah lainnya, kata Johnny, adalah dengan menempatkan satelit sementara pengisi orbit atau floater satelit agar slot yang ada tidak digunakan oleh negara lain.

“Dengan demikian, dapat disampaikan proses penempatan berjalan seperti biasanya dan progresnya berkembang dengan baik,” kata Johnny.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper