Nilai Bitcoin di 'Atas Angin'

Mia Chitra Dinisari
Jumat, 23 Oktober 2020 | 13:31 WIB
Ilustrasi/Pando
Ilustrasi/Pando
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bitcoin melonjak melewati level harga US$13.000 untuk pertama kalinya sejak Juli 2019 setelah PayPal Holdings Inc. mengumumkan akan memungkinkan pelanggan menggunakan cryptocurrency.

Binance Research mencatat, untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2019, Bitcoin diperdagangkan secara konsisten di atas US$12,500 atau setara dengan Rp184 juta.

Demikian pula, kesulitan penambangan Bitcoin naik ke level tertinggi baru sepanjang masa pada tanggal 18 Oktober, dengan hashrate mencapai ~ 137.80 EH / s. Penyesuaian ulang Difficulty Rate atau tingkat kesulitan penambangan berikutnya akan terjadi pada awal November yang diperkirakan akan meningkat lebih tinggi.

Sebagai perbandingan, biaya transaksi yang dikumpulkan oleh penambang tetap rendah, mewakili kurang lebih 8% dari total pendapatan penambang. Oleh karena itu, pertumbuhan hashrate baru-baru ini mungkin menunjukkan potensi pandangan bullish jangka pendek pada apresiasi modal dari bitcoin.

Grayscale Bitcoin Trust, sebuah instrumen investasi, dalam keterangan tertulisnya juga melihat pertumbuhan dari jumlah dana yang dikelola dari 262 ribu BTC pada Desember 2019 menjadi 488 ribu BTC pada 21 Oktober. Peningkatan ini menunjukkan minat investor untuk bitcoin di seluruh pasar ritel dan institusional.

Di tengah pembentukan kembali lanskap Bitcoin Futures, minat pada Bitcoin mencapai lebih dari US$4 miliar, walaupun masih lebih rendah dari puncak sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 2020 dimana volume keseluruhan mencapai $6 miliar. Bitcoin Futures tidak didominasi oleh pelaku pasar tunggal dalam hal pangsa pasar, melainkan dibagi antara CME, Binance, OKEX, BitMEX, FTX, dan Huobi.

Di sisi lain, pasar opsi terutama didominasi oleh Deribit yang memiliki pangsa pasar sebanyak 60% dari total kontrak opsi dengan total nilai untuk opsi Bitcoin sendiri mencapai $2,1 miliar.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi perkembangan harga baru-baru ini. Sejumlah perusahaan tradisional telah menambahkan Bitcoin dalam portofolio investasi mereka, seperti MicroStrategy dan Square.

Kedua perusahaan keuangan tersebut telah menambahkan bitcoin ke neraca mereka untuk strategi alokasi modal jangka panjang. Ini berpotensi terkait dengan lingkungan makro akibat krisis yang disebabkan COVID-19. Beberapa lembaga keuangan dan global seperti IMF menyesuaikan ekspektasi mereka untuk pemulihan ekonomi dari krisis COVID-19, yang berpotensi memicu pelarian ke aset alternatif.

Adapun berita besar seperti pengumuman Paypal untuk mulai menyediakan layanan kustodian crypto, dalam kerjasama dengan Paxos, dengan potensi jangkauan hingga 26 juta pedagang di seluruh dunia.

Dalam industri aset kripto, tren menurun dari DeFi atau Decentralized Finance telah menyebabkan individu dan investor institusional untuk menyeimbangkan kembali portofolionya ke aset kripto yang relatif kurang berisiko seperti Bitcoin. Menurut Glassnode, saldo Bitcoin di bursa-bursa dilaporkan mencapai 2,5 juta BTC, turun dari 2,9 juta pada Januari 2020. Hal tersebut berpotensi mempengaruhi dinamika sisi jual pasar spot bitcoin.

Salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah bahwa tidak ada berita negatif baru-baru ini yang memiliki dampak negatif yang bertahan lama pada harga bitcoin, ini menunjukkan bagaimana pasar bitcoin menjadi tidak kebergantungan pada satu faktor istimewa.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper