Rencana Nasa Kembali ke Bulan Butuh Dana US$28 Milliar 

Fransisco Primus Hernata
Rabu, 23 September 2020 | 17:47 WIB
Fenomena 'Supermoon' terlihat di Desa Alue Raya, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (6/5/2020). Fenomena supermoon terakhir pada 2020 bernama flower moon ini bisa terlihat jelas di seluruh Dunia dimana posisi bulan terdekat dengan bumi dan dapat disaksikan mulai Rabu (6/5/2020) hingga tiga hari ke depan. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Fenomena 'Supermoon' terlihat di Desa Alue Raya, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (6/5/2020). Fenomena supermoon terakhir pada 2020 bernama flower moon ini bisa terlihat jelas di seluruh Dunia dimana posisi bulan terdekat dengan bumi dan dapat disaksikan mulai Rabu (6/5/2020) hingga tiga hari ke depan. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Bagikan

Bisnis.com, Jakarta - NASA mengungkapkan rencana terbarunya untuk mengembalikan astronot ke Bulan pada tahun 2024, dan memperkirakan biaya untuk memenuhi tenggat waktu itu sebesar $ 28 miliar, dimana US$16 miliar di antaranya akan dihabiskan untuk modul pendaratan di bulan.

Kongres, yang menghadapi pemilihan umum kembali pada 3 November, harus menandatangani pembiayaan untuk proyek yang telah ditetapkan oleh Presiden Donald Trump sebagai prioritas utama. Dimana US$28 miliar akan menutupi tahun anggaran 2021-2025

Dalam pengarahannya tentang misi Artemis untuk mengembalikan manusia ke Bulan, administrator NASA Jim Bridenstine mencatat bahwa "risiko politik" sering kali menjadi ancaman terbesar bagi pekerjaan NASA, terutama sebelum pemilihan umum yang begitu krusial.

Seperti Presiden Barack Obama membatalkan rencana untuk misi Mars berawak, setelah pendahulunya menghabiskan miliaran dolar untuk proyek tersebut.

Jika Kongres menyetujui tahap pembiayaan pertama yang membutuhkan sekitar US$3,2 miliar sebelum Natal, "Kami masih tetap berada di jalur untuk pendaratan di bulan 2024," kata Bridenstine seperti yang dikutip dari phys.org.

"Untuk memperjelas hal tersebut, kita akan pergi ke Kutub Selatan," tambahnya, mengesampingkan situs pendaratan Apollo di ekuator Bulan antara tahun 1969 dan 1972. "Tidak ada diskusi tentang apa pun selain itu," tambahnya

Tiga proyek berbeda bersaing untuk membangun kendaraan untuk pendaratan bulan yang akan membawa dua astronot dimana salah satunya seorang wanita yang akan membawa mereka ke Bulan dari kapal mereka, Orion.

Projek yang pertama sedang dikembangkan oleh Blue Origin, yang didirikan oleh CEO Amazon Jeff Bezos, serta bekerja sama dengan Lockheed Martin, Northrop Grumman dan Draper. Dua proyek lainnya sedang dikerjakan oleh SpaceX Elon Musk dan oleh perusahaan Dynetics.

Penerbangan pertama, Artemis I, dijadwalkan pada November 2021, dan tidak akan berawak, roket SLS berukuran raksasa tersebut, yang saat ini sedang dalam tahap uji coba, dan akan lepas landas untuk pertama kalinya dengan kapsul Orion.

Artemis II, pada tahun 2023, akan membawa astronot mengelilingi Bulan tetapi tidak akan mendarat di bulan.

Akhirnya, Artemis III akan sama dengan Apollo 11 pada tahun 1969, tetapi masa tinggal di Bulan akan bertahan lebih lama yaitu selama seminggu dan akan mencakup dua hingga lima "extravehicular activities".

"Sisi sains yang akan kami lakukan benar-benar sangat berbeda dari apa pun yang kami lakukan sebelumnya," kata Bridenstine. "Kami harus ingat selama era Apollo, kami mengira bulan mempunyai daratan yan kering. Sekarang kami tahu bahwa ada banyak air es dan kami tahu bahwa itu ada di Kutub Selatan,"
 
 
 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper