Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika mengklaim bahwa Indonesia masih membutuhkan satelit High Throughput Satellites (HTS) dengan kapasitas yang lebih besar dari Satelit Satria.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan bahwa sampai dengan 2030, Indonesia masih membutuhkan kapasitas satelit yang diproyeksikan mencapai 900 Gbps.
Dengan memiliki kapasitas internet sebesar itu di udara, Johnny mengemukakan layanan WiFi gratis di 150.000 titik yang telah ditentutkan dapat memiliki kecepatan internet 20 kali lipat dibandingkan dengan Satelit Satria saat ini.
Dia menjelaskan Satelit Satria yang memiliki kapasitas 150 Gbps hanya bisa menyalurkan internet dengan kecepatan rata-rata per titik sekitar 1 Mbps. Jika nantinya meluncur Satelit Satria kedua maka kecepatan yang dihasilkan sekitar 10 Mbps.
“Dan pada saat satelit yang ketiga. Maka kecepatan internet di situ sekitar 20 Mbps,” kata Johnny dalam konfrensi pers virtual, Kamis (3/9/2020).
Sekadar catatan, Satelit Multifungsi Satria saat ini diklaim sebagai satelit terbesar di Asia untuk kelas 150 Gbps dan nomor lima terbesar di dunia dari sisi kapasitas.
Kemenkominfo melalui Satelit Multifungsi Satria berusaha menghadirkan internet berkecepatan tinggi ke 149.000 titik daerah 3T termasuk perbatasan, yang meliputi sarana pendidikan atau sekolah sebanyak 93.900 titik, kantor pemerintah sebanyak 47.900 titik, puskemas sebanyak 3.700 titik dan markas polisi dan TNI sebanyak 3.900 titik.
Satelit multifungsi Satria merupakan satelit khusus internet, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam megabit per detik (Mbps), terhitung akan lebih murah dibandingkan dengan menyewa satelit konvesional.