Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti menemukan adanya potensi pemanfaatan sel imun nyamuk untuk membantu memutus rantai penularan malaria
Seperti dikutip dari Antara, Jumat (2882020), imuwan berhasil membuat peta lengkap sistem imun pertama pada nyamuk dan menemukan tipe sel baru, yang dapat menjelaskan bagaimana nyamuk dapat dimanfaatkan untuk memerangi malaria.
Dalam jurnal ilmiah Science, penelitian itu dipaparkan. Hal ini dinilai sebagi terobosan baru bagi dunia dalam rangka mencegah penularan malaria yang berulang kali terjadi di berbagai belahan dunia.
Seperti diketahui, malaria menyerang lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia. Penyakit itu menyebabkan sekitar 405.000 orang meninggal dunia pada 2018. Sebagian besar korban jiwa merupakan bayi dan anak berusia di bawah lima tahun.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan dari gigitan nyamuk Anopheles betina.
“Kami menemukan tipe sel baru yang penting dan jarang diketahui, dan kami menyebut sel baru itu sebagai megacyte. Jenis sel baru itu mempengaruhi kekebalan tubuh nyamuk dan dapat meningkatkan respon imun terhadap parasit Plasmodium,” kata pakar penyakit menular molekuler dari Umeå University, Swedia, Oliver Billker, seperti dikutip dari Antara, Jumat (28/8/2020).
Billker merupakan salah satu ilmuwan yang mengepalai proyek penelitian nyamuk Anopheles.
Sistem kekebalan pada nyamuk mengontrol bagaimana hewan itu dapat menyebarkan parasit atau virus. Sebelum hasil kajian Billker bersama tim penelitinya terbit, ilmuwan memiliki pengetahuan terbatas mengenai tipe sel yang terlibat dalam proses tersebut.
Tim peneliti itu mengkaji dua spesies nyamuk, yaitu Anopheles gambiae, yang menularkan malaria, dan Aedes aegypti, yang menyebarkan penyakit demam berdarah, Chikungunya dan Zika.
Para peneliti menganalisis lebih dari 8.500 sel imun untuk melihat langsung gen seperti apa yang dipertukarkan oleh sistem sel imun nyamuk. Ilmuwan juga mempelajari penanda molekuler pada masing-masing sel yang berbeda satu sama lain.
“Nyamuk tampaknya punya sistem imun yang cukup baik untuk melawan parasit seperti malaria, mengingat mereka punya daya kebal yang cukup untuk tidak terjangkit, tetapi daya tahan tubuh mereka tak mampu mematikan parasit itu,” kata ilmuwan dari Wellcome Sanger Institute, Inggris, Sarah Teichmann.
Teichmann merupakan salah satu ketua peneliti kajian sistem nyamuk Anopheles dan Aedes aegypti.