Pengamat Urai Keputusan Gojek Lakukan Konsolidasi Bisnis Rasional

Puput Ady Sukarno
Rabu, 24 Juni 2020 | 20:59 WIB
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Langkah Gojek memilih melakukan konsolidasi bisnis dinilai sebagai keputusan yang tepat, pasalnya strategi untuk kembali fokus pada bisnis inti tersebut diyakini bakal menjadikan perusahaan tersebut lebih kuat dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Pengamat Bisnis serta Founder Rumah Perubahan, Rhenald Kasali menilai semua sektor bisnis saat ini terdampak pandemi, apalagi sektor pariwisata. Oleh karenanya, dia menilai wajar jika perusahaan sampai merumahkan karyawan karena dalam kondisi ini yang perlu diperhatikan adalah opex, bukan capex.

“Dalam hal capex, perusahaan bisa menundanya tapi untuk opex, saat ini semua perusahaan dituntut melakukan penghematan,” tegas Rhenald, Rabu (24/6/2020).

Rhenald juga menekankan agar keputusan startup melakukan reorganisasi bisnis ini jangan didramatisir. Keputusan mereorganisasi bisnis itu bukan menjadi ukuran daya tahan suatu perusahaan.

Menurut Rhenald, daya tahan bisnis itu terletak di bidang bisnisnya, di mana saat ini bidang bisnis yang terkait pariwisata dan event organizer terkena dampak paling signifikan.

“Saat perusahaan memiliki dana cukup, dia bisa eksplorasi. Tapi selanjutnya, dari hasil eksplorasi itu, dia bisa menilai bisnis mana yang akan jadi fokusnya. Kemudian ketika terjadi guncangan ekonomi, semua perusahaan harus lakukan pemangkasan. Trimming,” tuturnya.

Senada dengan Rhenald, Pengamat Ekonomi yang juga Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero saat dihubungi terpisah, sepakat jika langkah Gojek untuk konsolidasi ke bisnis intinya adalah hal yang tepat.

“Jika pada awalnya dia mungkin ekspansi dengan membuka layanan tambahan, lalu di tengah jalan dia konsolidasi, itu lebih karena dia menganalisa lini apa yang bisa tumbuh, mana yang tidak bisa. Lalu jika akhirnya dia memutuskan memperkuat lini usaha tertentu, keputusan itu wajar,” terang dia saat dihubungi, Rabu (24/06).

Menurut Poltak, kondisi yang dialami dunia usaha saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan skalanya juga global. Di tataran global sendiri, lanjutnya, juga terjadi konsolidasi yang bertujuan untuk memperkuat bisnis inti apalagi banyak sektor yang terdampak oleh pandemi, seperti penerbangan, akomodasi, hingga pembiayaan.

Sementara itu, bisnis pengantaran (delivery) di saat pandemi dinilai dia justru bertumbuh di saat lini bisnis lainnya bertumbangan. “Start-up itu ke depannya harus lincah dan jangan hanya mengandalkan satu lini saja, apalagi jika lini itu memiliki segmen yang sangat sempit. Kalau bisnis konvensional saja bisa begitu lincah dengan membaca peluang yang ada, kenapa start-up tidak?" ujarnya.

Seperti diketahui bahwa aplikator besutan anak bangsa, Gojek, memutuskan untuk memperkuat bisnis inti perusahaan mengingat dampak layanan tersebut yang sangat luas di masyarakat. Bisnis inti yang akan jadi fokus Gojek ke depan adalah bisnis transportasi, pesan-antar makanan dan uang elektronik.

Bersamaan dengan itu, manajemen juga mengumumkan dua keputusan utama lainnya, yakni penghentian sejumlah layanan non-inti yang terdampak pandemi dan restrukturisasi organisasi secara menyeluruh demi optimalisasi pertumbuhan.

Mengenai penghentian layanan non-inti, Gojek akan mulai meniadakan layanan GoLife yang meliputi GoMassage dan GoClean, serta GoFood Festival yang merupakan jaringan pujasera GoFood di sejumlah lokasi.

Keputusan ini diambil berdasarkan hasil evaluasi mendalam terhadap situasi makroekonomi dan perubahan perilaku masyarakat akhir-akhir ini yang cenderung lebih waspada terhadap aktivitas yang melibatkan kontak fisik.

Layanan GoLife maupun GoFood Festival membutuhkan interaksi jarak dekat. Kedua lini bisnis yang sebelum pandemi sempat menjadi tumpuan ini, mengalami penurunan secara signifikan beberapa bulan terakhir. Aplikasi GoLife akan dapat digunakan hingga 27 Juli mendatang.

Atas kondisi tersebut serta berdasarkan evaluasi terhadap struktur perusahaan secara keseluruhan, Gojek terpaksa merumahkan sebanyak 430 karyawan (setara 9 persen dari total karyawan), di mana sebagian besar berasal dari divisi yang terkait dengan GoLife dan GoFood Festival.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper