Pakai Data Satelit Mata-Mata Soviet, AS Lacak Sejarah Populasi Marmut

Rahmad Fauzan
Kamis, 21 Mei 2020 | 16:23 WIB
Ilustrasi satelit Jason-3/NASA
Ilustrasi satelit Jason-3/NASA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Satelit mata-mata yang diluncurkan oleh Amerika Serikat dengan maksud menemukan lokasi situs misil Uni Soviet pada masa Perang Dingin (1947-1991), ternyata juga merekam persebaran dan habitat bersejarah hewan-hewan kecil bernama marmut.

Foto-foto yang dahulu digunakan untuk kepentingan perang, saat ini dialihfungsikan oleh para ilmuan sebagai pendekatan untuk mengungkapkan penyusutan populasi marmut di daratan yang kini bernama Kazakhstan dalam kurun waktu 5 dekade sejak 1969 hingga 2012.

Dilansir dari laman Livescience.com, Kamis (21/5/2020), pendekatan yang sama juga dapat digunakan untuk menyoroti perubahan populasi hewan lain dari masa ke masa, terutama yang berhabitat di wilayah-wilayah dengan data sejarah terbatas.

Menggunakan basis data U.S Geological Survey, tim yang terlibat dalam jurnal hasil penelitian berjudul Proceedings of the Royal Society B (terbit 19 Mei 2020) mengumpulkan foto hitam-putih yang diambil oleh Amerika Serikat pada masa Perang Dingin melalui program mata-mata bernama Corona.

Berdasarkan pada foto-foto padang rumput di sisi utara Kazakhstan, tim tersebut mencari bukti-bukti terkait dengan keberadaan Bobak Marmut (Marmota bobak), tikus padang rumput serupa anjing yang hidup di bawah tanah.

Dari foto-foto yang diteliti tersebut, teridentifikasi sebanyak 5.000 marmut bobak dan diestimasikan sekitar 8 generasi marmut telah menempati area tersebut.

Saat ini, populasi marmut bobak dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan 50 tahun silam. Jumlah liang tempat hewan tersebut tinggal pun menyusut sekitar 14 persen di seluruh wilayah utara Kazakhstan, di mana 60 persen area padang rumput tersebut telah dialihfungsikan menjadi ladang gandum.

Marmut-marmut tersebut dilaporkan masih kerap terlihat mencoba membangun kembali liang mereka, tetapi terganggu oleh aktivitas pertanian yang berlangsung. Proses budidaya yang dilakukan di beberapa area untuk membangun kembali habitat marmut bobak dinilai tidak cukup efektif untuk menghentikan pengurangan jumlah populasi yang terus berlangsung.

Foto-foto satelit dan arsip-arsip bersejarah lainnya diharapkan dapat membantu manusia memahami dengan baik cara pengelolaan aktivitas yang tidak merugikan ekosistem kehidupan lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper