Ini Dampak Anomali dari Kegagalan Peluncuran Satelit Nusantara 2

Akbar Evandio
Minggu, 12 April 2020 | 16:40 WIB
Satelit Nusantara Dua Kerja Sama PSN-Indosat Ooredoo Siap Meluncur di Angkasa. Istimewa
Satelit Nusantara Dua Kerja Sama PSN-Indosat Ooredoo Siap Meluncur di Angkasa. Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat melihat bahwa anomali yang terjadi terhadap Satelit Nusantara Dua yang gagal meluncur dengan sempurna setelah diluncurkan dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC) di Xichang, China berpotensi untuk memberi dampak pada siaran pertelevisian di Indonesia.

Direkur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengungkapkan bahwa ada ragam dampak yang berpotensi terjadi khususnya pada pengguna satelit Palapa D, yaitu lembaga penyiaran, akses internet, layanan jaringan privat dan lainnya.

Menurutnya, Satelit Palapa D yang tadinya direncanakan habis masanya pada 2004, tetapi masih tetap beroperasi karena dulu juga mengalami kendala.

“Umurnya sekarang jadi 10,5 tahun dan umurnya harusnya sudah habis [tahun ini]. Kemudian, yang menggunakan [Satelit] Palapa D [perlu] bersiap bakal ada gangguan sehingga harus segera ada upaya mitigasi ke satelit lain karena umur satelit sudah habis,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu, (12/4).

Heru menyarankan untuk bergegas pelaporan ke Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) agar hak orbit 113 bujur timur tetap dicatatkan sebagai slot orbit sebagai alokasi Indonesia.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa mitigasi harus segera dilakukan sebab kalau terlambat, layanan stasiun TV yang menggunakan jaringan dari satelit Palapa D tidak bisa dinikmati di seluruh Indonesia sampai proses perpindahan selesai.

“Sebab Palapa D kan sudah habis. Jika, 2 tahun kosong [tidak ada satelit yang mengisi], maka akan dianggap kosong dan bisa dialokasikan ke yang lain kecuali diisi plotter,” lanjutnya.

Ke depan, Heru menganjurkan agar pemerintah harus memiliki sikap dan bisa menentukan dengan tegas di mana satelit dibangun dan roket yang akan dipakai.

“Roket Chang Zheng 3B atau Long March 3B kan pada 2009 lalu juga [ada] kendala menerbangkan Palapa D ke orbit harusnya [di-] black list. Kan banyak roket lain yang lebih bagus dan sukses,” jelasnya.

Senada, pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung Ian Joseph Matheus Edward mengatakan bahwa Satelit Nusantara Dua memiliki kapasitas 20x36 MHz transponder C-band FSS dan 9.5 gigabits per second (Gbps) HTS sehingga satelit dapat mencakup wilayah seluruh Indonesia, Asia Pasifik, hingga Australia untuk transponder C-band dan seluruh Indonesia untuk HTS. 

Ian juga menjelaskan bahwa satelit ini memiliki spesifikasi lain, yakni 20 Transponder C Band untuk broadcast dan 10 Spot beam Ku-Band HTS (High Throughput Satelit) untuk kebutuhan data sebesar 9,5 Gbps Ku-Band. Teknologi ini untuk menggantikan Palapa D : 24 Transponder C Band dan 5 Transponder Ku Band.

Dengan itu, satelit menjadi lebih efisien, tetapi tetap memiliki nilai tambah pada kehandalan tautan. Satelit ini pun dapat dimanfaatkan untuk VSAT, broadcast, broadband, backbone, serta backhaul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper