CEO LINKAJA DANU WICAKSANA : "Target Kami 40 Juta Pelanggan Terdaftar"

Puput Ady Sukarno & Sri Mas Sari
Senin, 25 November 2019 | 16:58 WIB
Pengunjung melakukan transaksi menggunakan layanan keuangan berbasis elektronik LinkAja saat peluncuran di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (30/6/2019)./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar
Pengunjung melakukan transaksi menggunakan layanan keuangan berbasis elektronik LinkAja saat peluncuran di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (30/6/2019)./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar
Bagikan

1Perkembangan LinkAja Sangat Mengembirakan

Bagaimana perkembangan LinkAja saat ini?

Sangat menggembirakan karena sudah sesuai ekspektasi tetapi tetap harus terus dikembangkan. Target kami tahun ini 30—40 juta pelanggan terdaftar dan diharapkan khusus DKI Jakarta dan sekitarnya justru tidak boleh lebih dari 30%—40% dari target itu.

Jadi harus menyebar ke mana-mana. Ini menarik karena barang yang kami punya cocok buat masyarakat yang bukan di big mall. Sampai saat ini masih on the track, karena yang di Jabodetabek tidak lebih dari 20%—25% jumlahnya.

Sejak awa LinkAja tidak untuk menyaingi OVO, Gopay, Dana, dan lainnya. Kalau kami dan mereka dijumlahkan, kami masih menyentuh sebagian kecil masyarakat yang harusnya bisa disentuh.

Terlihat banyak karena kami ada di Jakarta yang setiap minggu ke mal, melihat seakan sudah di mana-mana tetapi kami sebenarnya masih bagian kecil saja.

Konon bahkan ada salah satu pegiat asosiasi fintech di Indonesia bilang, bahwa jumlah user LinkAja, Gopay, OVO dan lainnya itu, yang aktif tidak lebih dari 15 juta masyarakat Indonesia. Artinya yang bankable saja 40 juta, yang underbank 47 juta.

Apa saja tantangan dalam pengembangan LinkAja saat ini?

Pertama, edukasi masyarakat sangat penting. Tantangan yang sekarang dengan perkembangan pasar selama ini, banyak segmen masyarakat yang kami mau adopsi e-money, banyak mengharapkan diskon, terutama yang sudah terpapar sebelumnya di kota-kota urban. Itu menurut kami jadi tantangan, karena itu edukasi yang cepat tetapi tidak sustainable dan saya yakin mereka menyadari itu.

Kedua, adalah bagaimana pemain seperti kami bisa menggandeng pemerintah, untuk bersama-sama menyalurkan program pemerintah menggunakan uang elektronik. Kalau mau masuk ke masyarakat ekonomi ke bawah, yang paling gampang itu memastikan adanya sumber dana yang mengalir ke mereka secara reguler.

Pengguna BPNT, PKH, kartu prakerja, dan lainnya mereka terpaksa menggunakan uang elektronik daripada cash. Dengan menggunakan uang elektronik, secara tidak langsung dan tidak disadari, orang-orang ini sudah kami buatkan virtual account perbankan dan transaksinya sudah bisa kami record.

Oleh karena itu, 2 tahun ke depan ketika mereka mau pinjam ke bank, apalagi bank BUMN, nantinya bisa dicari seperti apa transaksi mereka selama ini.

Ketiga, ketika pemerintah pusat say yes, belum tentu daerah say yes juga. Jadi, tantangannya adalah bagaimana pemerintah bisa meng-cascade visinya ke bawah, menggerakkan semua lapisannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper