Bisnis.com, BADUNG - Kementerian Riset dan Teknologi menilai bahwa dari sisi teknologi komunikasi dan informasi, Indonesia tertinggal dari negara lain, khususnya mengenai 5G. Hal ini berdampak pada perlambatan pertumbuhan perusahan rintisan.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan perusahaan rintisan atau startup Indonesia tidak hanya bersaing dengan startup lokal, tetapi juga dengan startup internasional.
Kehadiran teknologi yang terbaru dibutuhkan dalam persaingan tersebut, mengingat negara lain telah menggunakan teknologi teranyar, seperti 5G.
“Kalau di negara lain sudah adopsi 5G, kita belum, kesimpulannya jelas bahwa kita kalah infrastruktur teknologi. Jadi intinya untuk menjaga persaingan maka kita harus menyiapkan infrastruktur yang up to date,” kata Bambang di Bali, Jumat (15/11/2019).
Bambang menambahkan saat ini Indonesia berpeluang besar untuk 2 unikorn baru, karena berdasarkan perhitungannya, beberapa perusahaan rintisan sudah relatif dekat dengan batas unikorn.
Dia mengatakan pemerintah akan terus melakukan pembinaan dan memfasilitasi agar perusahaan rintisan yang dekat dengan status unikorn memperoleh pendanaan.
“Karena salah satu caranya mereka harus mendapat investment yang lebih kuat. bukan dana dari pemerintah tapi pemerintah memfasilitasi dan meyakinkan investor bahwa investasi di Indonesia itu nyaman,” kata Bambang.
Adapun mengenai hambatan untuk menjadi unikorn bagi para startup, kata Bambang, pertama mengenai keterbatasan sumber daya manusia, sebab, saat menuju unikorn kegiatan pengembangan riset dan produknya harus kuat. “Itu membutuhkan SDM terutama di bidang ICT yang juga kuat dan banyak. kita terus terang masih kurang,” kata Bambang.