Bisnis.com, JAKARTA – Samsung Electronics berhasil membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan dan memproyeksikan pemulihan bertahap untuk pasar chip memori pada 2020.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (31/10/2019), saham raksasa teknologi asal Korea Selatan ini menguat 2 persen setelah membukukan laba bersih 6,1 triliun won (US$5,2 miliar) pada kuartal III/2019. Raihan ini melampaui rata-rata proyeksi senilai 5,5 triliun won.
Samsung, yang sebelumnya melaporkan penurunan laba usaha sebesar 56 persen, mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan chip memori secara bertahap akan meningkat pada kuartal keempat dan bangkit kembali pada 2020.
“Pulihnya harga chip memori sebagian didorong oleh alasan musiman. Klien juga melakukan pembelian untuk melakukan lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi makro global,” demikian pernyataan Samsung.
Produsen chip seperti SK Hynix Inc. baru-baru ini mengatakan bahwa industri chip telah mencapai titik terbawah dan kini berada di ambang kenaikan berkat adopsi teknologi baru seperti jaringan generasi kelima.
“Kami melihat perbaikan dalam industri chip,” ujar Kim Woon-ho, analis di IBK Securities Co., dalam riset tanggal 22 Oktober.
“Diperkirakan harga DRAM (Dynamic Random Access Memory) akan mulai pulih pada kuartal III/2020. Kami memproyeksikan lompatan besar dalam permintaan untuk chip server, sementara model Fold akan menjadi faktor baru,” lanjutnya.
Sementara itu, bisnis smartphone Samsung, yang telah mengalami serangkaian kemunduran dalam beberapa tahun terakhir, tetap kuat dengan membukukan 85 juta unit penjualan pada kuartal tersebut.
Penjualan ponsel anyar andalannya, Galaxy Note 10, baru-baru ini melampaui penjualan Note pada periode yang sama tahun sebelumnya dengan raihan sebesar double digit, menurut perusahaan.
Namun, Samsung memperkirakan profitabilitas bisnis mobile-nya akan menurun pada kuartal saat ini karena perlu meningkatkan pemasaran untuk menopang permintaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh pesaingnya, Huawei Technologies, di pasar internasional telah membantu meningkatkan penjualan ponsel Samsung.
Menurut Counterpoint Research, Samsung menyerap pengguna Android di sejumlah negara besar Eropa, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.
Di sisi lain, permintaan untuk ponsel iPhone 11 besutan Apple merevitalisasi permintaan untuk display yang diproduksi Samsung.
Meski mencatat penurunan yang berkelanjutan dalam harga jual rata-rata dan permintaan untuk panel TV, produksi layar smartphone-nya yang lebih kecil menjaga performa divisi itu dan perusahaan memprediksikan permintaan yang kuat karena konsumen ingin meng-upgrade gawai mereka.
“Jaringan 5G akan membantu mendorong siklus upgrade dan perpindahan yang cepat ke 5G di pasar domestik telah berkontribusi pada laba,” tutur Samsung.