Bisnis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mendukung hadirnya lelang frekuensi dalam waktu dekat untuk kebutuhan 5G.
Vice President Technology Strategy Telkomsel, Indra Mardiatna mengatakan bahwa frekuensi merupakan sumber daya terbatas yang dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan mobile broadband.
Dia menuturkan dengan makin tingginya trafik dan jumlah pelanggan, maka frekuensi juga makin dibutuhkan bagi Telkomsel, khususnya untuk teknologi baru 5G yang membutuhkan frekuensi dengan pita lebar atau bandwidth yang besar.
“Makin cepat tersedia frekuensi baru yang dapat digunakan untuk mendukung penyelenggaraan 5G, menurut kami akan makin baik,” kata Indra kepada Bisnis.com, Kamis (31/10/2019).
Meski demikian, sambungnya, untuk menghadirkan 5G pemerintah juga harus menunggu kesiapan ekosistem, regulasi dan bisnis, sehingga manfaatnya akan lebih optimal untuk masyarakat dan industri termasuk untuk mendukung program Making Indonesia 4.0
Adapun mengenai langkah pemerintah yang mendorong frekuensi 26 GHz – 28 GHz untuk 5G, menurutnya hal itu sudah tepat mengingat frekuensi tersebut merupakan salah satu pita frekuensi 5G yang secara ekosistem sudah siap.
Dia menjelaskan beberapa negara seperti Italia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat sudah memberikan lisensi spektrum 26-28 GHz ke Operator untuk penyelenggaraan 5G.
“Pada prinsipnya, permasalahan interferensi dapat ditangani secara teknis, dengan tetap mengedepankan proses koordinasi yang intensif antara Operator Selular dan Operator Satelit,” kata Indra.
Indra berpendapat jumlah minimum bandwidth untuk teknologi 5G pada frekuensi 26-28 GHz (milimeter Wave) sesuai benchmark international dibutuhkan sekitar 400 MHz per operator, namun idealnya dialokasikan 1 GHz sesuai dengan rekomendasi GSMA.