Berangkat dari kondisi literasi keuangan di Indonesia yang masih rendah, para pendiri Tanam Duit, platform teknologi finansial milik PT Star Mercato Capitale, berupaya merangkul segmen ritel.
Survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016 menyebutkan literasi keuangan di bawah 30 persen. Co-Founder Tanam Duit Muhammad Hanif menjadikan hasil survei itu sebagai pijakan.
“Pengalaman saya di pasar modal, waktu saya di perusahaan manajer investasi, kata investasi saja sudah terlalu berat. Reksadana saja kesannya berat sekali,” ujarnya saat berkunjung ke redaksi Bisnis.com, baru-baru ini.
Berangkat dari kondisi itu, Tanam Duit agresif membidik nasabah ritel dari kalangan milenial yang mulai melek investasi. Hanif menyadari pasar Indonesia besar sekali, termasuk di segmen ritel.
Nasabah reksadana di Tanah Air tumbuh pesat. Jika pada 2016 jumlah nasabah masih 400.000, kini sudah menembus 1,4 juta. Tanam Duit ikut andil. Hingga Agustus 2019, user Tanam Duit telah mencapai 125.000 yang didominasi oleh kalangan milenial sebesar 70 persen.
“Pasar Indonesia besar sekali. Dengan kemajuan teknologi, kami berpikir dunia ritel menjadi besar sekali. Dulu prosesnya susah sekali. Dengan adanya teknologi, jadi lebih mudah,” katanya.
Tanam Duit terus mengembangkan produk keuangan lainnya guna memenuhi kebutuhan investasi nasabah ritel, seperti surat berharga negara dan asuransi. Dari segi sumber daya manusia, Tanam Duit mempekerjakan 30 orang yang separuhnya adalah tim TI.
Dari segi fitur aplikasi, user experience menjadi sesuatu yang krusial bagi Tanam Duit. Memanfaatkan jasa tenaga eksternal, platform Tanam Duit disusun menyesuaikan kebutuhan milenial, mulai dari peluncuran Android hingga IOS.
Tanam Duit juga didukung oleh perusahaan manajer investasi dengan reputasi yang bisa dipercaya. Hanif mengatakan perusahaan bekerja sama sama dengan top 10 fund managers.