Bisnis.com, JAKARTA — Empat operator siap mengakomodasi instruksi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membangun jaringan infrastruktur di wilayah ibu kota baru dilakukan secara bersama-sama atau berbagi.
Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih mengatakan perseroan mendukung penuh skema berbagi infrastruktur telekomunikasi untuk pembangunan jaringan di Kalimantan Timur.
Dia mengatakan berbagi infrastruktur membantu menekan biaya gelar jaringan, sekaligus mempercepat waktu aktivasi layanan kepada publik.
“Menurut kami berbagi infrastruktur akan membantu menekan biaya investasi dari operator, mempercepat waktu aktivasi layanan kepada publik dan pada akhirnya turut membuat industri dapat menjadi lebih sehat,” kata Ayu kepada Bisnis.com, Senin (16/9/2019).
Senada, Deputy CEO PT Smartfren Telecom Tbk. Djoko Tata Ibrahim mengatakan skema berbagi (sharing) infrastruktur bukanlah hal baru di industri telekomunikasi.
Dia mengatakan bahwa selama ini sejumlah penggelaran jaringan telah menggunakan skema berbagi jaringan untuk efisiensi.
“Ini mungkin dipertegas saja [oleh Kemenkominfo] lagian siapa yang mau bangun sendiri kalau bisa bangun bareng-bareng,” kata Djoko.
Meskipun pembangunan dilakukan secara bersama–sama, sambungnya, nantinya teta ada satu operator yang diberi tugas untuk melakukan perawatan infrastruktur tersebut, agar lebih tertib.
Sementara itu, Head Corporate Communications PT Indosat Tbk. Turina Farouk mengatakan pihaknya terbuka dengan skema berbagi infrastruktur. Saat ini, jelasnya, perseroan sedang mengkaji sejumlah opsi untuk menghadirkan jaringan di wilayah ibu kota baru, termasuk dengan berbagi infrastruktur.
“Indosat Ooredoo terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun dalam pembangunan jaringan dengan senantiasa menaati regulasi yang dikeluarkan Pemerintah,” kata Turina.
Wakil Direktur Utama PT Hutchison 3 Indonesia, Danny Buldansyah, mengatatakan skema berbagi infrastruktur membantu industi telekomunikasi makin sehat. Dia mendukung skema tersebut.
Sementara itu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menegaskan bahwa berbagi infrastruktur atau sharing infrastruktur tidak menghapus kewajiban operator untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam menggelar jaringan.
Komisioner BRTI Setyardi Widodo mengatakan secara umum berbagi infrastruktur memberi dampak positif. Pertama, efisien investasi pembangunan jaringan. Kedua, estetika di perkotaan.
“Dari sisi tata kota mungkin lebih baik, lebih menarik, estetika lebih terjaga,” kata Setyardi kepada Bisnis.com, Selasa (17/9/2019).
Meski demikian, Setyardi berpendapat, hingga saat ini belum ada pembahasan antara BRTI dengan operator seluler mengenai pembangunan jaringan untuk Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, lokasi calon ibu kota baru.
Tidak hanya itu, dia juga menegaskan bahwa berbagi infrastruktur tidak akan menghilangkan kewajiban operator dalam menggelar jaringan, sebagaimana komitmen mereka saat mengajukan izin.
“Kewajiban atau komitmen yang terkait dengan pembangunan infrastruktur tetap berlaku. Baik dari sisi jumlah maupun Cakupan. Termasuk kualitas layanan juga mesti tetap terjaga,” kata Setyardi.
Sebelumnya, pemerintah akan memastikan bahwa tidak ada tumpang tindih pembangunan jaringan di wilayah ibuko baru, dengan mewajibkan seluruh infrastruktur telekomunikasi di sana dapat dipakai bersama–sama.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebelumnya berencana memanggil seluruh operator mengenai rencana gelaran jaringan di ibu kota baru, usai para operator sepakat mendukung gagasan Menkominfo mengenai berbagi infrastruktur.