Pendanaan Merosot, Healthtech di Asia Pasifik Kantongi US$2,5 Miliar

Deandra Syarizka
Jumat, 30 Agustus 2019 | 09:00 WIB
Petugas kesehatan melayani peserta pengobatan gratis bagi 1.000 pengemudi ojek online yang diselenggarakan oleh Halodoc, di Jakarta, Rabu (6/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Petugas kesehatan melayani peserta pengobatan gratis bagi 1.000 pengemudi ojek online yang diselenggarakan oleh Halodoc, di Jakarta, Rabu (6/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan rintisan bidang teknologi kesehatan (healthtech) di Asia Pasifik berhasil menghimpun US$2,5 miliar dari 140 pendanaan sepanjang paruh pertama 2019, turun 32% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,7 miliar.

Jumlah kesepakatan juga mengalami tren penurunan hingga 38%, dari sebelumnya 225 pendanaan pada semester I/2018, menjadi 140 pendanaan pada semester I/2019. Meskipun, rata-rata nilai kesepakatan disebut mengalami peningkatan hingga 33%.

Momentum pendanaan ekosistem perusahaan healthtech masih menunjukkan tren peningkatan. Hal ini mencerminkan kepercayaan investor dan besarnya selera perusahaan, meneguhkan Asia Pasifik sebagai kawasan kedua yang menghimpun investasi healthtech terbesar setelah Amerika Serikat. Adapun sepanjang semester I/2019, perusahaan rintisan healthtech di Negeri Paman Sam itu berhasil menghimpun pendanaan senilai total  US$4,2 milar. 

Berdasarkan laporan Galen Growth Asia bertajuk Healthtech Investment Landscape, pendanaan tahap awal hanya mengisi 25% dari total pendanaan ke healthtech, turun 33% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara, investasi tahap pertumbuhan mempresentasikan 69% dari total pendanaan healthtech di Asia Pasifik. Pendanaan Series B disebut tumbuh dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini, sedangkan Series C meningkat hingga 15%.

Tercatat setidaknya 7 mega-deals yang berhasil dihimpun healthtech di Asia Pasifik selama periode ini, dengan nilai di atas UUS$100 juta. Nilai investasi mega-deals ini berkontribusi hingga 32% dari total seluruh pendanaan healthtech selama paruh pertama 2019.

Dalam periode ini, juga tercatat dua exit yang mencakup merger dan akuisisi [M&A], dan satu penawaran perdana saham [IPO], yang terjadi pada kuartal II/2019 di India dan China.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Deandra Syarizka
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper