2Orang Indonesia Punya Daya Beli Tinggi
Kalau melihat potensinya, bisnis telekomunikasi ini akan seperi apa ke depan?
Luar biasa. Indonesia ini baru di wave I. Kita sudah ketinggalan 7—8 tahun dibandingkan dengan Jepang, Korea dan Amerika. Apalagi sekring income per kapita kita naik, orang Indonesia memiliki daya beli tinggi, itu pasti akan related ke sini semua.
Jadi, masih banyak opportunity-nya. Meski kita juga bukan perusahaan publik dan BUMN, tetapi semua dilakukan dengan hati-hati dan bagaimana bisa memaksimalkan return of investment.
Apakah ada rencana pengembangan produk ke depan?
Produk saya kira cukup. Yang akan kami lakukan lebih ke pengembangan cakupan. Produk cukup karena yang saat ini diperlukan cuma internet. Kalau televisi perlu enggak perlulah boleh dibilang sunset-lah ya lantaran di tivi bayar sedangkan di aplikasi enggak bayar. Jadi dari segi pengguna, mana yang bisa kasih best deal mereka, mana yang bisa kasih cepat dan stabil itulah yang dipilih.
Kalau Capex tahun ini berapa dan buat apa saja kira-kira?
Capex kami sekitar US$100 juta per tahun untuk bangun jaringan, data center, dan lain lain. Investasi terbesar masih di jaringan, karena kontribusi revenue juga paling besar di situ, bisa 70% sendiri.
Bagaimana dari sisi persaingan dan strateginya untuk menghadapi kompetitor?
Kalau saya lihat, secara market berkembang karena semua orang melihat ini sebagai utilitas. Kalau ditanya strateginya apa, ya kami membuat layanan kami lebih andal dibandingkan dengan yang lain, itu saja. Bukan lebih murah, karena harga enggak penting, tetapi bagaimana membuat layanan ini tidak pernah problem untuk seluruh Indonesia. Kalau pricing tidak signifikan.
Jadi kalau ada yang menggunakan strategi harga, tidak akan menjadi kendala?
Kalau yang mau pakai strategi price war, pasti collaps. Karena enggak ada orang pintar mau dibayar murah. Jadi, mereka enggak akan tahan, berdarah terus, enggak mungkin enggak. Price war enggak ada gunanya, jadi kami enggak khawatir.
Apalagi kalau dilihat sekarang, beberapa kompetitor yang ikut price war, sudah mulai goyah, karena dia berdarah terus. Dalam marketing, kalau produk sudah ikut price war berarti sudah enggak punya positioning.