Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi IoT Indonesia memprediksi, pada 2022, sebanyak 68 juta sensor internet untuk segala (internet of things/IoT) diperkirakan diimplementasikan untuk industri kesehatan di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan sebagian besar dari sensor yang bergerak di bidang kesehatan nantinya akan dimanfaatkan untuk mengukur kondisi objek, berupa orang maupun mesin kesehatan sekalipun.
Adapun khusus untuk farmasi, kata Teguh, implementasi IoT telah masuk pada sistem pemesanan obat. Dia menuturkan saat ini pemesanan obat bisa melalui gawai dan langsung diantarkan kepada pemesan.
“Sekarang orang kalau mau memesan obat tinggal dari gawai saja,” kata Teguh kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Tidak hanya itu, Teguh juga melihat bahwa implementasi IoT sudah diterapkan saat ini pada sekolah kesehatan sebagai alat latihan para calon petugas kesehatan.
Dia menambahkan ke depan perangkat IoT tidak hanya tersebar di fasilitas kesehatan seperti sekolah kesehatan, rumah sakit dan farmasi, namun juga akan hadir ke rumah konsumen juga, seperti alat pengukur tensi dan timbangan.
Teguh memprediksi akan ada 20% dari total 90 juta rumah tangga saat ini, yang akan menggunakan perangkat kesehatan yang terhubung dengan IoT.
“Ini ada kesempatan di situ [untuk perkembangan IoT], mulai dari sebelum sakit, kemudian mendeteksi sakit, perawatan sakit dan menjaga kesehatan kembali. Mata rantai ini menjadi potensi,” kata Teguh.
Sementara itu, Hendra Sumiarsa, Head of Business Development IoT & Smart City Indosat Ooredoo menilai implementasi IoT di Farmasi tidak jauh berbeda dengan implementasi IoT di sektor manufaktur.