Bisnis.com, JAKARTA – PT Kimia Farma Tbk. menghadirkan Internet of Things (IoT) untuk monitoring kondisi mesin dan efisiensi di pabrik Kimia Farma/ Rencananya, otomatisasi akan dilakukan semua pabrik milik Kimia Farma.
Head of IT Kimia Farma Ferro Armando mengatakan penerapan IoT telah dilakukan oleh perseroan di Pabrik Kimia Farma yang terdapat di Banjaran, Jawa Barat. Pabrik tersebut merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara.
Dia mengatakan pemanfaatan IoT dalam bentuk pengaturan produksi dan pengawasan. Kimia Farma memonitor mesin-mesin produksi dengan menggunakan sensor yang ditempel di mesin dan dihubungkan dengan papan pemberitahuan.
Dia menjelaskan papan tersebut nantinya akan memberitahukan kondisi mesin dan batasannya sehingga perseraon mengetahui kapan waktu perbaikan mesin.
“Berapa lama mesin itu sudah bekerja dan berapa lama batasan kerjanya dan kapan harus di servis,” kata Ferro di Jakarta beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, Ferro juga menambahkan rencananya pada 2020, perseroan akan memanfaatkan IoT untuk pergudangan di Kimia Farma, dengan tujuan agar tercipta efisiensi dan perbaikan kualitas seiring dengan hadirnya teknologi yang memonitoring aktifitas pergudangan.
Dia mengatakan dengan hadirnya IoT diharapkan perseroan dapat mengetahui keluar – masuk barang di pergudangan, termasuk dalam hal pengiriman barang ke pasar.
“Hadirnya IoT diharpakan dapat meningkatkan pengiriman barang dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan,” kata Ferro.
Pada waktu yang berbeda, Asosiasi IoT Indonesia menilai implementasi IoT di farmasi merupakan bagian dari implementasi perangkat IoT di Industri Kesehatan yang diperkirakan pada 2022 mencapai 68 juta sensor yang beredar.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan sebagian besar dari sensor yang bergerak di bidang kesehatan nantinya akan dimanfaatkan untuk mengukur kondisi obyek, berupa orang maupun mesin kesehatan sekalipun.
Adapun khusus untuk farmasi, kata Teguh, implementasi IoT telah masuk pada sistem pemesanan obat. Dia menuturkan saat ini pemesanan obat bisa melalui gawai dan langsung diantarkan kepada pemesan.
“Sekarang orang kalau mau memesan obat tinggal dari gawai saja,” kata Teguh.
Tidak hanya itu, Teguh juga melihat bahwa implementasi IoT sudah diterapkan saat ini pada sekolah kesehatan sebagai alat latihan para calon petugas kesehatan.
Dia menambahkan ke depan perangkat IoT tidak hanya tersebar di fasilitas kesehatan seperti sekolah kesehatan, rumah sakit dan farmasi, namun juga akan hadir ke rumah konsumen juga, seperti alat pengukur tensi dan timbangan.
Teguh memprediksi akan ada 20% dari total 90 juta rumah tangga saat ini, yang akan menggunakan perangkat kesehatan yang terhubungn dengan IoT.
Teguh berpendapat pertumbuhan pesat tersebut disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan.
“Ini ada kesempatan di situ [untuk perkembangan IoT], mulai dari sebelum sakit, kemudian mendeteksi sakit, perawatan sakit dan menjaga kesehatan kembali. Mata rantai ini menjadi potensi, ” kata Teguh.
Sementara itu, Hendra Sumiarsa, Head of Business Development IoT & Smart City Indosat Ooredoo menilai implementasi IoT di Farmasi tidak jauh berbeda dengan implementasi IoT di sektor manufaktur.
Dia mengatakan dalam mendukung IoT di farmasi, pihaknya memiliki peran sebagai penyedia jaringan. Menurutnya perangkat IoT untuk farmasi membutuhkan kapasitas jaringan yang besar.
Adapun mengenai perangkat yang mendukung IoT farmasi, Hendra mengatakan bahwa itu merupakan ranah di pabrik. Indosat belum mengembangkan perangkat yang berfokus pada industri tersebut.
"Mereka mau bikin aplikasi yang mendukung IoT di Farmasi, maka Indosat menyediakan cloudnya," kata Hendra.