Layanan Operator Seluler: Video Streaming di Indonesia Cukup Baik

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 16 Juli 2019 | 11:18 WIB
Streaming/
Streaming/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA —Pengalaman video konsumen operator seluler di Indonesia masih dalam kategori ‘cukup’, yang berarti layanan video yang diberikan operator seluler kepada pelanggan kerap tersendat-sendat dan butuh perbaikan.

Sebelumnya, Opensignal, telah menganalisis pengalaman pelanggan seluler mulai 1 Februari—1 Mei 2019, untuk menilik kinerja lima operator utama di Indonesia.

Penelitian Opensignal melibatkan 3,3 juta perangkat, dengan total pengukuran sebanyak 4,5 miliar kali. 

Hasilnya, pengalaman video seluler konsumen di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena tidak satu pun dari kelima operator yang mampu mencapai peringkat lebih tinggi dari ‘lumayan’ dalam skala pengalaman video Opensignal.

Berdasarkan skala nilai yang ditetapkan Opensignal disebutkan skala 0—40 termasuk kategori ‘buruk’ dengan indikasi resolusi rendah, jeda waktu pengantaran data atau latency tinggi dan video sering berhenti.

Kemudian skala 40—55 berarti ‘lumayan’, meskipun video sudah bagus namun masih suka terputus-putus. Skala 55—65 berarti ‘baik’, resolusi video semakin baik dan frekuensi video terputus-putus makin kecil.

Skala 65—75 ‘sangat baik’, dengan indikasi secara umum resolusi menunjukan kondisi sangat baik dan video lancar. Dan terakhir, skalat 75—100 berarti ‘sempurna’, dengan memberikan resolusi tinggi dan video lancar secara konsisten. 

Merujuk pada  laporan Opensignal Juli 2019, Telkomsel memimpin matrik Pengalaman Video dengan skor 54,3, diikuti oleh XL dan 3 masing-masing dengan 46,5 dan 42 poin. Meski demikian dalam kategori  Opensignal ketiga operator masih terhitung ‘tidak terlalu buruk’.

Sementara itu, Indosat dan Smartfren mendapatkan peringkat Buruk (0—40) dengan skor masing-masing 34,7 dan 34,4 poin, yang secara umum menunjukkan waktu muat yang sangat lama dan tingkat kegagalan yang tinggi baik di resolusi rendah maupun tinggi.

Meskipun kualitas pengalaman video masing-masing operator maksimal mengatongi kategori ‘lumayan’, ketika dipersempit menurut jenis koneksi 4G saja, maka pengalaman video lebih baik untuk semua operator di Indonesia.

Bahkan, skor 4G Telkomsel melesat ke peringkat ‘sangat baik’, sementara XL mendapatkan peringkat ‘baik’.

Telkomsel mendapat nilai 63,1—65, disusul XL Axiata dengan 53—55. Adapun 3 Indonesia dengan nilai 46, Indosat dengan nilai 40, dan Smartfren dengan nilai 34.

Rob Lerner, Vice President Sales APAC Opensginal, menilai video sebagai pengalaman yang paling nyata dirasakan oleh pelanggan operator seluler dalam mengukur kecepatan jaringan operator seluler.

Dia menilai pelanggan cenderung abai terhadap nilai-nilai hasil pengukuran yang dipublikasikan oleh sejumlah penelitan.

Adapun, dalam mengukur pengalaman video para responden, sambungnya, Opensignal melihat pengalaman mereka saat menggunakan Youtube dan Akamai. Indikatornya adalah kecepatan video, kualitas gambar, dan jeda waktu dalam mengirim data atau latency video.

“Video merupakan aspek terpenting apalagi jika kita bicara tentang tren video saat ini, sangat yang popular. Kalau saya punya resolusi yang rendah maka video akan kurang bagus,” kata Rob di Jakarta, Senin (15/7/2019).

Rob berpendapat bahwa kualitas jaringan dapat diukur dari kualitas video yang diberikan, artinya  jika gambar yang muncul di video bagus dan kecepatannya lancar, maka dipastikan jaringan internet yang dimiliki operator seluler baik, begitupun sebaliknya.

Mengenai perangkat seluler atau gawai yang digunakan, Rob mengatakan bahwa itu juga menjadi pertimbangan Opensignal dalam berhitung. Opensignal memiliki algoritma perhitungan tersendiri untuk menghitung rata-rata pengalaman yang dirasakan oleh responden.

“Kami juga menghitung perangkat yang dipakai karena itu berdampak pada kualitas saat menerima jaringan dan juga pengalaman para responden,” kata Rob.    

Rob menjelaskan nilai Pengalaman Video operator seluler pada Juli 2019 lalu lebih baik dibandingkan dengan laporan sebelumnya pada Desember 2018. Hanya saja dia tidak menyebutkan nilai laporan sebelumnya.

“Ada peningkatan dibandingkan dengan  penelitian sebelumnya, mungkin karena investasi di jaringan, adapun Smartfren kurang baik karena pertambahan jumlah pelanggan tidak diiringi dengan pembangunan jaringan,” kata Rob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper