Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku industri Internet of Things (IoT) meminta pemerintah memberikan insentif jika ingin industri solusi teknologi berkembang lebih cepat.
Irza Fauzan Suprapto, Direktur Asia loT Business Platform (AIBP) mengatakan pemerintah Indonesia dapat mencontoh pemerintah Thailand ataupun Singapura dalam mendorong perkembangan industri IoT.
Dia mengatakan di Thailand, terdapat program pemberian insentif sebesar USD 100.000 atau setara dengan Rp1,4 miliar untuk membantu perusahaan manufaktur kecil berinvestasi di teknologi.
Dengan langkah tersebut, menurutnya, secara tidak langsung pemerintah telah membantu industri IoT di Thailand berkembang.
Adapun di Singapura, sejak 2012 sampai 2018 lalu, semua perusahan manufaktur kecil mendapat subsidi sebesar SGD 60.000 atau setara dengan Rp618 juta, untuk pengembangan teknologi di perusahaan manufaktur tersebut, termasuk komputerisasi.
“Di Indonesia belum ada program seperti ini, [di Indonesia] kalau bisnis kamu hidup, kamu bisa [investasi di IoT], kalau tidak hidup, ya susah,” kata Irza kepada Bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Berbeda, Hendra Sumiarsa, Head of Business Development IoT & Smart City Indosat Ooredoo berpendapat bahwa penerapan IoT di Indonesia sudah cukup baik jika melirik data AIBP.
Dia menilai Indonesia saat ini hanya perlu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam mengembangkan IoT.
Hendra berpendapat bahwa Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain dalam menghasilkan talenta yang bergerak di IoT.
“Menurut data di Thailand, setiap 1 juta penduduk menghasilkan lebih dari 1.000 talenta IoT, sedangkan Indonesia setiap 1 juta penduduk hanya menghasilkan 200-300 talenta,” kata Hendra.
Dia menambahkan pemerintah sebaiknya berfokus pada peningkatan jumlah talenta terlebih dahulu. Dia mengapresiasi sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah dalam melahirkan talenta-talenta muda.
Hendra menyampaikan kalau pun pemerintah ingin mendorong perkembangan IoT lebih cepat lagi, Indonesia dapat meniru negara China dan Korea Selatan.
Dia mengatakan pemerintah China mendorong perusahaan pembangkit listrik untuk menggunakan meteran Narrow Band-IoT karena masalah skalabilitas agar jangkauannya lebih luas. Adapun Korea Selatan tengah menggalakan Smart City.
Adapun untuk di Indonesia, Hendra menuturkan sebagai negara kepulauan dengan jumlah nelayan yang sangat banyak Indonesia dapat menerapkan IoT dalam hal penulusuran ataupun pencarian ikan.
“Semua pemangku kepentingan, misalnya penggunaannya di nelayan, maka jatuh kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka sinerginya harus dibangun antara pemerintah, bisnis dan masyarakat,” kata Hendra.
Berdasarkan survei AIBP yang melibatkan 1624 responden di Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Vietnam, diketahui sebanyak 10,7% perusahaan di Thailand dan 8,9% perusahaan di Indonesia, khususnya yang bergerak di industrial, telah merasakan manfaat dari pengimplementasian IoT.
Adapun negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam hanya 2,1%, Filipina 2,8% dan Malaysia 5,1%.
Disebutkan juga dalam survei tersebut bahwa 36,6% pelaku usaha di Indonesia masih mencari tahu fakta-fakta tentang IoT. 28,2% pelaku usaha telah mengeksplorasi dan mencoba-coba IoT, sedangkan sisanya 26,6% telah menerapkan IoT dalam bisnis mereka.