Satelit Merah Putih Mengorbit di Atas Selat Karimata

Duwi Setiya Ariyanti
Kamis, 23 Agustus 2018 | 08:34 WIB
Satelit Merah Putih pada posisinya yang siap diluncurkan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Senin (6/8/2018). Satelit milik PT. Telkom Tbk., itu diluncurkan pada Selasa (7/8/2018) dini hari waktu setempat./ANTARA-Saptono
Satelit Merah Putih pada posisinya yang siap diluncurkan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Senin (6/8/2018). Satelit milik PT. Telkom Tbk., itu diluncurkan pada Selasa (7/8/2018) dini hari waktu setempat./ANTARA-Saptono
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Satelit Merah Putih kini tengah menjalani tes orbit di atas Selat Karimata, yang menghubungkan  Laut China Selatan dengan Laut Jawa. 

Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (22/8/2018), Vice President Corporate Communication Telkom, Arif Prabowo mengatakan saat ini satelit yang diluncurkan pada 7 Agustus itu telah berada di orbit 108 derajat Bujur Timur. 

Kegiatan in-orbit test atau IOT dilaksanakan selama sekira 25 hari terhitung sejak 18 Agustus. Bila tes berjalan lancar, satelit bisa mulai digunakan mulai pekan ketiga September. 

“Kegiatan IOT dilaksanakan sekitar 25 hari sejak 18 Agustus. Jika in-orbit test berhasil dilalui tanpa kendala, diharapkan satelit ini siap digunakan pada minggu ketiga September 2018,” katanya. 

Seperti diketahui, Satelit Merah Putih diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station, Orlando, Florida, Amerika Serikat. Satelit ini berkapasitas 60 transponder yang terdiri dari 24 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band dengan usia desain 16 tahun. Satelit ini akan memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia, Asia Tenggara dan Asia Selatan baik yang merupakan perpindahan dari konsumen Satelit Telkom 1 hingga konsumen baru. 

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Hendra Gunawan mengatakan kebutuhan total satelit broadband saat ini sebesar 189 transponder. Kendati demikian, baru 57% di antaranya yang dilayani operator nasional atau 103 transponder. Sisanya, yakni 86 transponder dipenuhi oleh operator asing yang memiliki slot orbit di Indonesia atau berjarak dekat dengan Indonesia.

"Sekalian saya koreksi ya. Demand transponder di Indonesia adalah 189 transponder. Operator nasional hanya mampu men-supply 103 transponder atau 57% dari kebutuhan nasional," ujarnya.

Menurutnya, beroperasinya Satelit Telkom 4 dapat menambah kapasitas transponder nasional. Adapun, kapasitas operator nasional bertambah menjadi 144 atau 77% dari total kebutuhan nasional.

"Keberadaan Satelit Merah Putih (Telkom-4) dapat menambah kapasitas transponder nasional menjadi 144 atau memenuhi 77% kebutuhan nasional. Sehingga Merah Putih dapat mengurangi ketergantungan kepada operator asing."

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Kominfo, Ismail mengakui kebutuhan satelit di dalam negeri terus naik seiring terus naiknya kebutuhan data. Terlebih, masih terdapat daerah-daerah yang memang tak bisa terhubung dengan jaringan terestrial.

Dia menyebut untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi nasional, masih bergantung pada satelit asing yang menyediakan transponder dan jumlah slot orbit yang lebih banyak.

“Kita negara kepulauan banyak yang belum terjangkau terestrial satelit ini tumpuan harapan. Demand kita melebihi dari slot nasional,” katanya.

Menurutnya, perusahaan bisa saja mengajukan proposal untuk mendaftarkan slot orbit. Untuk mendapatkan tambahan slot orbit, pihaknya harus mengajukan kepada International Telecommunication Union (ITU).

“Perlu proses. Sedangkan slot yang tersedia makin rapat. Mereka (perusahaan) harus mengajukan proposal untuk mendaftar,” katanya.

Pihaknya pun mendorong agar pembangunan jaringan terestrial berjalan guna mengurangi penyewaan satelit asing. Menurutnya, setiap satelit baru atau jaringan tulang punggung serat optik beroperasi, mampu menurunkan permintaan terhadap penyewaan satelit yang saat ini lebih banyak dipenuhi satelit asing. Sebagai contoh, melalui proyek satelit dari Telkom dan Palapa Ring.

“Setiap peluncuran satelit baru kami menurunkan gap. Misalnya, Telkom meluncurkan awal Agustus. Dengan ketersediaan Telkom membantu mengurangi penggunaan satelit asing. Lalu, kalau Palapa Ring selesai, setidak-tidaknya banyak di-back up dengan satelit akan berkurang lagi misalnya Natuna,” kata Ismail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper