Bisnis.com, JAKARTA — Banyak yang sering salah kaprah mengenai prosesor dan komponen-komponen di dalamnya. Banyak pula “mitos” yang sering membuat orang mispersepsi mengenai kinerja suatu ponsel.
Entah sebagai trik penjualan atau memang ingin menunjukkan kehebatan kinerja ponsel tersebut. Banyak pula yang menyebut berbagai istilah seputar prosesor seperti CPU, GPU, dan lainnya.
Dalam acara Snapdragon Academy 1.0, beberapa waktu lalu, Senior Product Marketing Manager Qualcomm Indonesia Dominikus Susanto menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui mengenai otak gawai tersebut. Berikut di antaranya:
System on Chip dan CPU
Banyak orang yang menyebut CPU saat merujuk pada prosesor, misalnya menyebut “CPU Snapdragon” atau “CPU octa-core”. Padahal, CPU merupakan bagian dari System on Chip (SoC) yang ada pada prosesor itu sendiri. CPU adalah bagian yang memproses berbagai macam perintah, informasi dan dilanjutkan menjadi proses berikutnya.
CPU hanya memiliki porsi sekitar 15% dari keseluruhan sistem. CPU tak dapat bekerja sendiri dan butuh dukungan dari berbagai elemen lain seperti Graphics Processing Unit (GPU), Digital Signal Processor (DSP), Image Signal Processor (ISP), dan Secure Processing Unit (SPU).
Satuan CPU adalah GHz, sedangkan satuan prosesor adalah core. Seringkali keduanya jadi jargon para vendor dalam menjual kehebatan produk mereka. Kecepatan CPU atau clockspeed sebetulnya tak terlalu berpengaruh dalam mengukur performa ponsel.
Performa merupakan ukuran dari seberapa cepat sistem menyelesaikan 'tugas'. Ini tak bisa dinilai dari kecepatan CPU semata, tetapi harus dilihat pula CPU tersebut bertipe irit (lite) atau bertenaga (heavy).
Untuk tugas-tugas ringan seperti membuka aplikasi pesan, CPU irit sebetulnya sudah mumpuni. Lain halnya dengan tugas yang agak berat seperti mengedit foto atau video, giliran CPU bertenaga yang harus bekerja maksimal.
Arsitektur Snapdragon 845 yaitu CPU Kryo 385, terdiri dari CPU berat untuk menjalankan tugas berat dan CPU ringan untuk tugas yang lebih ringan. Sistem yang disebut dengan 'big-little' itu diklaim lebih efektif membangun performa ponsel karena ada pembagian yang jelas untuk tiap tugas yang dijalankan.
ISP
Tentu kita sering mendengar para vendor membekali produk mereka dengan kamera beresolusi tinggi, mulai dari 13 megapiksel hingga 24 megapiksel. Apakah makin tinggi resolusi berarti semakin baik hasil foto yang didapatkan? Jawabannya tidak.
Sensor pada lensa kamera hanya sekadar untuk menangkap momen tersebut, selayaknya fungsi mata pada tubuh kita. Sementara untuk mencitrakan gambarnya merupakan tugas otak alias prosesor. Maka tak heran jika hasil foto dari kamera ponsel merek A dan B berbeda walaupun besaran resolusinya sama.
Bagian pengolah gambar disebut dengan Image Signal Processor (ISP). Pada prosesor Snapdragon, bagian ini bernama Spectra. ISP merupakan komponen yang menjalankan tugas untuk hal yang berkaitan dengan aktivitas fotografi.
ISP bekerja dengan algoritme. Saat kamera diarahkan pada objek, ISP akan mendeteksi objek, jarak foto, dan atribut lainnya kemudian menyesuaikan fokus lensa. Semakin baik kerja ISP, semakin cepat kemampuan ponsel mendeteksi titik fokus objek.
ISP juga berperan besar dalam menyokong teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence. ISP mengenali objek yang dibidik kamera. Manusia, hewan, atau lainnya termasuk mengenali titik-titik wajah pada fitur AI Beauty yang biasa digunakan untuk swafoto.
Selain itu, ISP bertugas mempertahankan objek semirip mungkin dengan kondisi aslinya, meski dalam keadaan gelap atau minim cahaya.
GPU
Seperti disebutkan sebelumnya, dalam SoC tidak ada yang bisa bekerja sendiri alias butuh kerja sama antarkomponen untuk menghasilkan performa ponsel yang jempolan. Pun, saat membicarakan tampilan yang ada di layar ponsel.
CPU sebetulnya bisa mengatur tampilan layar termasuk segala tugas yang berhubungan dengan visual. Namun, hal tersebut akan menguras energi besar-besaran sehingga ponsel mudah kehabisan daya. Sebaliknya, dengan bantuan graphic processing unit (GPU) kerja CPU akan lebih ringan bahkan dapat mengurangi konsumsi daya secara signifikan.
GPU ibarat pelukis atau desainer untuk semua tugas visual. GPU lebih efisien dibandingkan dengan CPU karena tampilan layar membutuhkan proses paralel yang terdiri dari jutaan komputasi dalam satu detik bahkan dalam satuan milidetik.
Semakin baik GPU, tampilan grafik akan lebih baik. Ini kerap jadi perhatian para gamers karena makin baik kemampuan grafis suatu prosesor maka semakin mulus suatu gim dijalankan. Prosesor Qualcomm mengunakan GPU yang disebut dengan Adreno. Salah satu versi paling mutakhir adalah Andreno 630 dengan peningkatan kualitas grafik 30% lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya hingga bisa memainkan gim berat tanpa tersendat.
DSP
Dalam kinerja suatu ponsel ada tugas-tugas lain yang sederhana tetapi penting, misalnya menjalankan fitur asisten suara dan pemindai sidik jari. Sekilas hal ini terkesan sepele. Namun, seperti pengaturan layar terjadi hanyalah pemborosan energi jika hal tersebut juga dikelola oleh CPU.
Maka dari itu hadirlah Digital Signal Processor (DSP). Jika GPU adalah pelukis, DSP adalah satpam yang selalu siap sedia termasuk saat ponsel dalam keadaan nonaktif atau standby.
Bila pengguna ingin menggunakan fitur pengenalan suara saat ponsel pintar sedang mati, DSP akan bekerja untuk kemudian meneruskan instruksi tersebut ke asisten suara dan mengaktifkan ponsel.
Contoh lainnya, dalam fitur face recognition mesin utama yang bekerja adalah DSP, bukan kamera depan. DSP juga menjalankan fitur-fitur multimedia seperti memutar video.
DSP bisa selalu aktif dalam kondisi apapun tanpa memakan banyak energi. Pada prosesor Snapdragon 845, terpasang DSP yang bernama Hexagon 685. Ada beberapa fungsi khusus AI di dalam DSP ini seperti Vision Processor, Deep Learning, Neural Processor, dan Imaging Processor.