Bisnis.com, JAKARTA — Televisi dulu adalah pusat dari kehidupan di setiap rumah. Menjelang waktu tidur pada hari kerja atau pada hari libur, seluruh anggota keluarga berkumpul di depan layar kaca untuk menikmati siaran televisi bersama-sama.
Meskipun semua anggota keluarga memiliki beragam selera, televisi memaksa anggota keluarga berbagi pengalaman. Orang tua yang mau tidak mau ikut hapal beragam karakter dalam seri animasi favorit anaknya, suami yang diam-diam penasaran dengan kelanjutan sinetron yang ditonton bersama istrinya, hingga anak yang ikut terobsesi menonton setiap pertandingan tim sepak bola yang digilai orang tua dan kakaknya.
Sekarang, keadaannya berbeda. Setiap orang di bawah atap yang sama kini punya layar masing-masing. Bahkan, tidak jarang keluarga yang berkumpul di depan TV sibuk menyaksikan konten yang berbeda di gawai masing-masing.
Strategi andalan para produsen TV, selama ini, adalah menjual pengalaman. TV mampu menghasilkan ragam warna yang lebih kaya dan gambar yang lebih tajam di layar berukuran jauh lebih besar.
Namun, tetap saja konsumen beralih ke gawai. Kini, beragam konten yang tadinya hanya tersedia di televisi bisa diakses dari mana saja menggunakan gawai yang terkoneksi internet.
Awalnya, hanya ada YouTube yang menyediakan beragam video pendek hasil kreasi rumahan. Sekarang, Netflix dan beragam layanan sejenis menawarkan serial televisi dan film lewat gawai. Pengguna sepertinya tidak masalah menikmati beragam konten tersebut di layar kecil, bukan di layar kaca atau di layar perak. Terakhir, siaran langsung olah raga juga tersedia secara streaming.
Sepertinya, bagi generasi digital, kemudahan yang diberikan oleh gawai dan layanan streaming adalah sesuatu yang taken for granted. Kualitas gambar tetap penting, tetapi konektivitas semakin signfikan.
Samsung Electronics sepertinya sadar ketajaman gambar dan kekayaan warna sudah tidak cukup untuk menghentikan konsumen beralih dari TV ke ponsel pintar. Strategi baru Samsung adalah menawarkan TV yang bisa menjadi pusat kendali seluruh perangkat cerdas di rumah Anda.
Hilang dalam Ruang
Memasuki 2018, Samsung memperkenalkan seri terbaru dari varian produk televisi flagship QLED TV. QLED TV 2018 tentunya menawarkan beragam fitur baru dan kualitas gambar yang lebih baik dari seri pendahulunya.
Dalam hal kualitas gambar, QLED TV mengandalkan fitur yang diberi nama Direct Full Array sebagai penunjang teknologi QLED milik Samsung. Fitur ini memberikan kontras dengan warna yang 100% akurat karena bisa meredupkan pencahayaan di area tertentu sambil meningkatkan cahaya di area lain. Artinya, QLED TV 2018 menjanjikan gelap yang lebih pekat dan terang yang lebih bersinar.
Bukan hanya dalam kondisi hidup. Samsung juga ingin QLED TV berfungsi dalam kondisi mati.
Ambient Mode yang tersedia di QLED TV 2018 membuat televisi Samsung bisa berfungsi sebagai pelengkap dekorasi desain interior ruangan. Pilihan ada di tangan Anda. QLED TV bisa menampilkan salindia foto-foto pilihan Anda atau lukisan karya seniman ternama. Fitur lain yang tersedia dalam Ambient Mode adalah pemutar musik, informasi tentang cuaca, hingga berita terbaru. Samsung menjalin kerja sama dengan New York Times untuk meberikan update berita terbaru langsung ke QLED TV yang berada dalam Ambient Mode.
Atau, jika Anda tidak ingin TV mengganggu desain interior ruang, sembunyikan saja. QLED TV kini bisa “bersembunyi” bagaikan bunglon di dinding ruangan. Fitur terbaru Samsung membuat QLED TV bisa meniru pola dan warna dinding ruangan sehingga menyatu dinding. Teknologi ini melengkapi keringkasan koneksi kabel QLED TV 2018. Kabel One Invisible Connection yang transparan menjadi penghubung tunggal televisi Anda ke beragam sumber gambar dan pasokan listrik.
Namun, satu hal yang spesial, Samsung menggunakan QLED TV 2018 sebagai awal mengintegrasikan seluruh perangkat cerdas produksi mereka ke dalam platform tunggal yang diberi label SmartThings.
Pusat Kendali
SmartThings adalah platform multigawai yang berbasis solusi komputasi awan SmartThings Cloud dengan Bixby sebagai peranti kecerdasan buatan tunggal. Platform ini secara otomatis mengenali perangkat lain dalam ekosistem Samsung yang saling terkoneksi dan bisa dikendalikan melalui satu sistem komputasi awan. Samsung QLED TV 2018 bisa terhubung dengan perangkat lain cukup dengan satu ketukan di aplikasi mobile.
Bagi pengguna ponsel pintar Samsung, Bixby bukan suatu yang baru. Sebagai asisten digital cerdas, Bixby bisa menerjemahkan teks dalam gambar, mengingatkan jadwal, hingga merekomendasikan konten berdasarkan sejarah pencarian penggunanya.
Di QLED TV 2018, Bixby mampu mencari konten berdasarkan aktor dan genre hingga selera. Bukan hanya lewat masukan dalam bentuk teks, Bixby juga bisa mengenali suara. Cukup katakan, “Bixby, carikan film komedi yang dibintangi Tom Cruise,”. Bixby akan menawarkan beragam film yang tersedia di beragam platform streaming langganan Anda.
Potensi terbesar platform SmartThings adalah kemungkinan membangun ekosistem perangkat pintar di seluruh rumah Anda. Lewat TV, beragam perangkat mulai dari perangkat pendukung TV seperti dekoder atau PlayStation hingga perangkat elektronik lain seperti kulkas dan kamera saling terhubung dalam kendali pengendali jarak jauh diberi nama One Remote Control.
Lewat TV, Anda bisa mengendalikan tempratur kulkas, menyesuaikan cahaya ruangan, hingga memantau putaran mesin cuci.
Jika Anda asyik menonton TV dan bel rumah Anda berbunyi, kamera pintu depan bisa langsung menampilkan gambar di layar TV. Harus berangkat kerja saat asyik menonton film seri menggunakan Netflix di layar TV? Lanjutkan tontonan Anda di ponsel pintar.
Samsung ingin membuat seluruh rumah Anda cerdas dan terhubung dengan QLED TV sebagai sentral.
Samsung QLED TV 2018 telah tersedia di Indonesia mulai awal Mei meliputi seri Q9F berukuran 88 inci, seri Q8C berukuran 55 inci dan 65 inci, seri Q7F (55 inci, 65 inci, 75 inci), serta Q6F (49 inci, 55 inci, 65 inci).
Barisan produk terbaru dari Samsung ini dipasarkan di Indonesia pada kisaran harga terendah Rp15 juta untuk seri 49Q6F hingga Rp175 untuk seri tertinggi 88Q9F.