Mitigasi Keamanan Komputasi Awan Perlu Diperhatikan

Dhiany Nadya Utami
Kamis, 8 Maret 2018 | 18:37 WIB
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati tren komputasi awan kian naik, para pengguna layanan ini tidak sepenuhnya yakin atas keamanan data mereka. Dibutuhkan strategi khusus untuk meminimalisasi risiko insiden keamanan.

Penelitian terbaru Kaspersky Lab mencatat hampir 80% bisnis telah menggunakan setidaknya satu platform berbasis software-as-a-service (SaaS). Sekitar 75% di antaranya bahkan berencana memindahkan lebih banyak aplikasi ke layanan cloud di masa depan.

Komputasi awan, menurut Pre Sales Specialist Kaspersky Lab Indonesia Jemmy Handinata, memang memberikan banyak manfaat baik dari segi biaya, kecepatan, produktivitas, hingga performa. Tetapi, lanjutnya, komputasi awan juga menyisakan celah untuk keamanan.

“Kita bisa lihat presentasi penggunaan cloud hybrid saat ini semakin tinggi, banyak perusahaan yang tadinya menggunakan server privat mulai beralih sebagian ke cloud public,” ujarnya di Jakarta, Kamis (8/3/2018).

Dia menuturkan, sebanyak 35% organisasi tidak yakin apakah data mereka tersimpan dengan baik di server perusahaan atau di penyedia layanan komputasi awan yang mereka gunakan. Selain itu, 42% organisasi tidak merasa terlindungi dari insiden keamanan yang mempengaruhi penyedia layanan cloud mereka.

“Tidak bisa kalau hanya mengandalkan [sistem keamanan] dari penyedia cloud-nya saja,” ujar Jemmy.

Komputasi awan tanpa perlindungan sistem keamanan yang baik, tambah Jemmy, akan berisiko tinggi terhadap perusahaan.

Apalabila data berhasil diretas ada tiga jenis data teratas yang akan terpengaruh yakni informasi pelanggan yang sangat sensitif, informasi mendasar mengenai karyawan, serta email dan komunikasi internal.

“Selain itu intellectual property misalnya coding aplikasi juga berpotensi,” tambahnya.

Business Development Manager Kaspersky Lab Indonesia Dony Koesmandarin menilai saat ini kesadaran akan sistem keamanan meningkat. Apalagi, lanjutnya, saat ini Indonesia tidak lagi dilihat sebagai pangsa pasar saja tetapi sudah dianggap berkembang dan menjadi target kejahatan siber.

“Perusahaan-perusahan sudah aware, pemerintah juga sepertinya sudah mulai ya,” ujarnya.

Namun, ia menegaskan, 7 dari 10 organisasi yang menggunakan SaaS dan penyedia layanan komputasi awan menyatakan tidak memiliki rencana yang jelas untuk menangani insiden keamanan.

“Sebaiknya [organisasi] bersiap pula dengan sistem penanganan saat terjadi insiden keamanan,” ucap Dony.

Sepanjang tahun lalu, Kaspersky mendata setidaknya 24% organisasi mengalami insiden keamanan yang mempengaruhi infrastruktur penyedia cloud mereka.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper