Bisnis.com, JAKARTA—Menaruh data di layanan komputasi awan memang lebih mudah dan banyak keuntungan, tetapi banyak pula bahaya yang mengintai.
Padahal saat ini kita tidak mungkin menghindari penggunaan komputasi awan, bahkan hal sederhana seperti berkirim data via surat elektronik pun melibatkan cloud.
Pre Sales Specialist Kaspersky Lab Indonesia Jemmy Handinata mengatakan setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membuat data kita tetap aman di cloud.
Pertama, usahakan untuk tidak menaruh data sensitif seperti nomor identitas maupun data yang terkait dengan finansial atau perbankan di komputasi awan.
“Kalau pernah mengirim gambar KTP, KK, ijazah, misalnya untuk keperluan kantor, pastikan segera hapus,” ujarnya.
Jika terpaksa menaruh data penting di cloud, setidaknya pastikan data tersebut telah dienkripsi dan gunakan layanan komputasi awan yang terenkripsi pula.
Kedua, membaca lembar persetujuan dengan saksama saat membuat akun atau berlangganan layanan. Opsi ini memang kurang populer bagi kebanyakan masyarakat tetapi sebenarnya pengguna dapat mengetahui risiko lebih lanjut melalui lembar tersebut.
“Saya akui, bahkan saya pun sering melewatinya. Akan tetapi kalau kita mau cermati, sebetulnya banyak poin merugikan seperti kita tidak bisa menuntut pihak penyedia jika suatu saat kita kehilangan data,” tambah Jemmy.
Selanjutnya adalah membuat password dengan sungguh-sungguh. Pemilihan kata untuk password sering dianggap sepele padahal punya risiko paling tinggi. Jangan menggunakan tanggal lahir, nama anggota keluarga.
Turuti permintaan platform untuk membuat password dengan kombinasi huruf besar dan kecil, angka, serta simbol.
Hindari pula kata yang diambil dari keyboard seperti susuan huruf "qwerty" atau urutan angka "1234567" dan sebaliknya.
"Sekarang banyak yang 'kreatif', misalnya ambil angka dan huruf keyboard secara diagonal tapi percayalah itu pun mudah ditebak," ujar Business Development Manager Kaspersky Lab Indonesia Dony Koesmandarin.
Dia juga menyatakan jika dilihat dari sudut pandang peretas, rata-rata password orang Indonesia bisa ditembus hanya dalam waktu lima menit.
Maka dari itu Dony juga menyarankan untuk tidak menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan kata-kata yang lazim digunakan.
“Pakai bahasa daerah itu cukup ampuh, lho,” ujarnya.
Penggantian password secara berkala juga amat dianjurkan. Ini berlaku untuk apa saja termasuk password akun email, kode autentifikasi, hingga nomor pin ATM. Meski begitu, periode penggantian disesuaikan kebutuhan masing-masing pengguna.
“Sesering mungkin lebih baik. Kalau buat saya, tiga bulan saja bahkan sudah terlalu lama,” tambah Dony.