Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Swiss menyepakati kerja sama pendidikan vokasi dengan mengembangkan politeknik dan akademi komunitas. Proyek kerja sama itu dinamakan the skills for competitiveness sebagai terobosan untuk memastikan kompetensi SDM sesuai industri.
“Pemerintah Swiss memberikan bantuan senilai Rp110 miliar untuk empat sekolah vokasi binaan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Davos, Swiss dalam siaran pers, Sabtu (27/1/2018).
Perjanjian bilateral itu disepakati melalui nota kesepahaman yang ditandatangani Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dengan Menteri Ekonomi, Pendidikan, dan Riset Swiss Johann N Schneider-Ammann di sela perhelatan World Economic Forum 2018 di Davos, Swiss.
Empat sekolah vokasi yang memperoleh bantuan itu di antaranya Politeknik Baja Batulicin di Kalimantan Selatan, Politeknik Logam Morowali di Sulawesi Tengah, Politeknik Kayu dan Pengolahan Kayu Kendal di Jawa Tengah, dan Akademi Komunitas Industri Logam Bantaeng di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, satu sekolah milik Kemenristekdikti adalah Politeknik Pemrosesan Ikan Jember, Jawa Timur.
Menurut Airlangga, kerja sama kedua belah pihak ini akan meliputi beberapa aktivitas seperti manajemen, kuliah dan pelatihan, penambahan kurikulum, serta penyiapan jejaring dan dukungan teknis dalam pengembangan sistem pendidikan vokasi.
“Mereka berkomitmen mendanai fase pertama selama empat tahun proyek,” ujarnya.
Airlangga meyakini program itu bakal menghasilkan lulusan vokasi dengan kualifikasi dan kualitas baik yang juga dapat mengisi posisi manajemen tingkat menengah industri. Terlebih, salah satu faktor penentu keberhasilan penerapan industry 4.0 merupakan pengembagan SDM.
Hingga saat ini, Kemenperin memiliki sembilan SMK, sembilan Politeknik, dan satu Akademi Komunitas. Seluruh unit-unit pendidikan ini mempunyai program studi khusus untuk pengembangan industri di wilayah tersebut.
Baca Juga BMW Akan Luncurkan i8 Roadster Tahun Ini |
---|
“Kami telah menerapkan 70 persen praktik dan 30 persen teori. Makanya, 98 persen lulusan kami terserap kerja, bahkan sudah dipesan industri,” ujar Airlangga.
Hasil pelaksanaan program pendidikan vokasi link and match tersebut, Kemenperin telah melakukan penyelarasan sebanyak 35 program studi yang dibutuhkan industri saat ini untuk diterapkan pada kurikulum di SMK.
Misalnya materi mengenai teknik ototronik, teknik audio dan video, serta teknik robotik yang tengah dibutuhkan oleh sektor industri otomotif saat ini terutama dalam menghadapi era ekonomi digitan dan Industry 4.0.
“Negara-negara di kawasan Asean juga sepakat untuk fokus mengembangkan sektor industri yang akan menjadi leaders masa depan, seperti industri otomotif, elektronika serta makanan dan minuman. Sebagai percontohan implementasi di era digital ekonomi sekarang ini, Pemerintah Indonesia dan Swiss siap untuk berkolaborasi,” papar Menperin.
Menteri Schneider-Ammann menjelaskan, MoU tersebut merupakan dasar hukum untuk pelaksanaan program vokasional baru S4C Project di Indonesia.
“Program ini akan diimplementasikan oleh Swisscontact dengan SITECO dan Fachhochschule Biel, yang akan didesain sebagai program delapan tahun. Pada fase pertamanya dimulai pada 1 Februari 2018,” tuturnya.
Dia menambahkan guna meningkatkan kualitas sistem pendidikan vokasi di Indonesia, kontribusi penting yang perlu dilakukan adalah melalui penguatan lembaga serta penambahan struktur dan jasa antara politeknik dengan industri.
“Jika mampu membangun SDM kompeten, perusahaan akan jadi lebih kompetitif, memperluas pasar, menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan yang terpenting bisa meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.