Bisnis.com, SEMARANG - Gandhi Memorial Intercontinental School (GMIS) sebagai sekolah internasional tetap menjadikan Pendidikan Pancasila sebagai pelajaran wajib bagi siswa.
"Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan harus tetap ada dan wajib. Bahasa Indonesia juga," kata President Gandhi Seva Loka (GSL) Indonesia Shyam Rupchand Jethnani di Semarang, Jumat (6/10/2017).
Hal tersebut diungkapkannya usai "groundbreaking" GMIS Semarang yang berlokasi di Jalan Bukit Panorama, Perumahan Graha Candi Golf dengan menempati lahan seluas 6.000 meter persegi.
Di bawah naungan GSL Indonesia, GMIS mengembangkan sekolah di Semarang yang menjadi sekolah keenamnya, setelah empat sekolah yang ada di Jakarta, dan satu sekolah yang ada di Bali.
Di Semarang, GMIS sudah berdiri sejak Januari 2015 menempati gedung sementara di Jalan Setiabudi Semarang, namun tahun depan segera pindah ke kampus baru seiring rampungnya pembangunan.
Pria keturunan India yang fasih berbahasa Indonesia dan Jawa itu mengatakan GSL Indonesia tergerak mengembangkan sekolah karena ingin sama-sama memajukan generasi muda Indonesia.
Meski mengadopsi kurikulum IB (International Baccalaureate), ia memastikan GMIS tidak akan meninggalkan kurikulum nasional, termasuk Pendidikan Pancasila sebagai pelajaran wajib.
"Semua sekolah yang ada di Indonesia wajib ada Pendidikan Pancasila. Seluruh siswa harus tahu apa Pancasila dan bagaimana ber-Pancasila. Ini penting," kata sosok kelahiran Malang, Jawa Timur itu.
Mengenai kurikulum IB, ia menjelaskan secara garis besar IB menerapkan metode pembelajaran yang membuat anak terdorong untuk berpikir mandiri dan kreatif, bukan dengan terus membaca dan melihat buku.
"Sekolah kami sudah ada sejak 1950 di Jakarta. Kami memang mengacu pada sekolah internasional dengan kurikulum mengadopsi IB yang sebenarnya lebih kepada metode pembelajarannya," katanya.
Fasilitas pendukung pembelajaran yang akan disiapkan di GMIS Semarang, kata Shyam, antara lain berbagai sarana pendidikan, kemudian olahraga, seperti badminton, futsal, basket, hingga kolam renang.
Sementara itu, Chairman GMIS Jakarta Suresh G Vaswani menambahkan sekolah tersebut membuka jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Diakuinya, sekarang ini sudah cukup banyak sekolah internasional di Indonesia, tetapi GMIS bukan menganggapnya sebagai sebuah persaingan, melainkan kerja sama membangun generasi muda.
"Silakan saja, siapa saja boleh masuk. Tidak ada pembedaan. Indonesia, terutama Semarang masih membutuhkan pendidikan yang lebih maju, makanya kami hadir di Semarang," katanya.