Kabar24.com, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, dunia dihebohkan dengan serangan ransomware bernama Wanncry yang melumpuhkan sistem ribuan komputer.
Berdasarkan survey oleh yang dilakukan oleh perusahaan pemeringkat keamanan, BitSight untuk Reuters menyebutkan dua pertiga komputer korban ransomeware tersebut masih menggunakan sistem operasi Windows 7 dan belum memperbaharui sistem pengamanannya.
Saat ini, para peneliti sedang berusaha keras mencoba untuk menemukan jejak awal WannaCry, yang hingga saat ini masih menjadi ancaman aktif didua negara dengan serangan terparah, China dan Rusia. Para peneliti yakin bahwa dengan mengidentifikasi pihak yang pertama kali diinfeksi virus ini bisa membantu menemukan dalangnya.
Sepertinya, keberuntungan baru hanya ketika mereka mencoba untuk menemukan kelemahan yang dimiliki ransomeware tersebut guna membatasi penyebarannya.
Pakar keamanan IT memperingatkan bahwa ketika lebih dari 300.000 komputer yang mengakses internet diserang oleh ransoomeware, kemungkinan akan ada serangan lanjutan yang lebih dahsyat karena sejumlah kelemahan yang dimiliki telah diperbaiki. Efek yang ditimbulkan serangan ini pun akan lebih parah.
"Banyak pihak tidak sadar akan adanya risiko ini, sementara yang lain tidak mau mengorbankan aktiviitas usaha, adapula yang kekurangan tenaga," kata Ziv mador, Vice President Divisi Penelitian Keamanan SpiderLabs Trustwave Israel seperti dikutip dari Reuters, Jumat (19/5/2017).
Sementara itu, Paul Pratley, Kepala Divisi Investigasi dan Respon Insiden dari perusahaan konsultan Inggris MWR Infosecurity mengutarakan bahwa kapasitas yang dimiliki 'cacing komputer' sejenis WannaCry untuk bisa menginfeksi komputer lain di jaringan yang sama tanpa adanya bantuan atau intervensi manusia sepertinya memang dibuat khusus untuk bisa menyebsaikan diri dengan Windows 7.
Meskipun belum mencapai separuh dari jumlah keseluruhan komputer yang diserang WannaCry, BitSight berhasil mendata 160.000 komputer yang terhubung dengan internet dan akhirnya diserang ransomware ini di dunia. 76% dari komputer-komputer tersebut diketahui menggunakan Windows 7.
Sementara itu, komputer yang masih menggunakan sistem yang lebih tua seperti penggunaan Windows XP pada sistem layanan Kesehatan Inggris NHS, memang rentan diserang 'cacing' ini, Namun, komputer yang menggunakan sistem ini tampaknya tidak memiliki kemampuan untuk menyebarkan infeksi. Dengan demikian perannya dalam persebaran infeksi cacing komputer ini sepertinya jauh lebih kecil dibandingkan prediksi sebelumnya.
Dalam uji coba laboratorium, peneliti dari MWR dan Kyptos mengatakan bahwa sistem yang diusung Windows XP sudah hancur terlebih dahulu bahkan sebelum virus bisa menyebar.
BitSight mengestimasi 15% komputer terinfeksi WannaCry menggunakan produk unggulan termutakhir Microsoft yakni Windows 10 sementara sisanya menggunakan sistem operasi lebiih tua termasuk Windows 8.1, 8, XP, dan Vista.