Bisnis.com, JAKARTA – Merebaknya wabah ransomware WannaCry memicu aksi beli investor global terhadap saham-saham perusahaan penyedia jasa keamanan siber (cyber securities)
Aksi para investor tersebut melawan prediksi para analis, yang memperkirakan saham-saham perusahaan teknologi akan terdampak negatif akibat adanya wabah itu.
Di Eropa misalnya, pergerakan saham perusahaan teknologi, terutama keamanan siber menjadi salah satu pendorong utama menguatnya indeks STOXX 600 pada Senin (15/5/2017).
Di London, saham perusahaan keamanan jaringan awan Sophos tercatat melonjak lebih dari 7% pada Senin lalu, sebelum akhirnya melanjutkan kenaikan 0,27% ke level 367 pound per saham pada Selasa (16/5/2017).
Hal senada juga terjadi pada saham NCC Group. Perusahaan keamanan siber yang berbasis di Inggris itu juga mencatat kenaikan 2,95% ke level 145,94 pound per saham.
Di Amerika Serikat, fenomena serupa juga terjadi. Harga saham FireEye di bursa AS naik 7,51% ke level US$15,9 per saham. Sementara itu, saham Symantec dan Palo Alto Networks secara bersamaan juga terkerek hampir 3% pada hari ini.
Kenaikan saham perusahaan-perusahaan tersebut membuat indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite indeks menguat pada penutupan Senin lalu waktu setempat.
Indeks S&P 500 tercatat naik 11,42 poin atau 0,48% ke level 2.402,32 dan Nasdaq Composite bertambah 28,44 poin atau 0,46% ke level 6.149,67.
Wedbush dalam catatan kepada kliennya mengatakan, efek serangan ransomware justru tidak hanya memberikan keuntungan dadakan bagi para penyedia jasa keamanan siber. Demi meningkatkan perlindungan pada sistem komputasinnya, sejumlah perusahaan dan institusi negara juga melakukan pembaruan di sistem keamanan e-mail hingga jaringan internet domestiknya.
Tak heran jika saham perusahaan yang menyediakan jasa pembuatan sistem dan keamanan surat elektronik seperti Proofpoint dan Splunk turut melonjak hingga 7,5% pada awal pekan ini.
Sementara itu, Direktur Pelaksana PGI Brian Lord menyebutkan, rata-rata perusahaan di Eropa meningkatkan anggaran belanja keamanan sibernya hingga 10% sampai 2020.
Morgan stanley menilai lonjakan yang terjadi pada saham perusahaan penyedia keamanan siber itu merupakan hal yang wajar.
Berdasarkan analisa perusahaan keuangan global tersebut, hanya dengan menaikkan porsi belanja keamanan siber sebesar 10% oleh korporasi di seluruh dunia, dapat menghindari potensi kerugian sebesar US$17 miliar per tahun.