Transformasi Palapa Ring Timur : Garuda di Tanah Papua

Lavinda
Jumat, 10 Maret 2017 | 20:02 WIB
Palapa Ring/infopublic.id
Palapa Ring/infopublic.id
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Garuda terbang menuju pulau paling Timur nusantara, menjajaki kenangan yang dia mulai sejak 42 tahun silam, ketika tanah Papua hanya dapat digapai dalam wujud nyata, belum mampu terhubung melalui dunia maya.   

 

Pria yang memiliki nama lengkap Garuda Sugardo itu kini menjabat Ketua Umum Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (Detiknas), setelah melepas sejumlah kedudukan strategis sebagai direktur di beberapa operator telekomunikasi nasional karena usia yang tak lagi muda. Istilah ‘sudah makan asam garam’ bisa jadi lekat dengan dia untuk urusan dunia telekomunikasi.

 

Garuda diundang oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara secara khusus karena dianggap menjadi saksi hidup perkembangan jaringan telekomunikasi di wilayah Timur, dari titik nol hingga kini menuju pemerataan komunikasi nasional.

 

Di dalam Pesawat Boeing 737-800 menuju Bandara Sentani, Jayapura, akhir Februari 2017, dia bercerita panjang tentang pengalamannya menghadiri empat fase peresmian pembangunan jaringan kawasan Timur, yakni pada 1975, 1990, 1996, dan akhirnya sekarang 2017.

 

Proyek Palapa Ring yang diusung pemerintah sejak beberapa puluh tahun lalu itu, pertama kali bernama Nusantara 21. Namun rencana akhirnya urung karena krisis moneter yang mendera nusantara. Sampai akhirnya, proyek kembali mencuat pada ajang Infrastructure Summit 2005.

 

Dalam perkembangannya, dibentuk konsorsium proyek yang terdiri dari sejumlah operator, sedangkan pemerintah hanya bertindak sebagai arranger dan tak terlibat langsung. Proyek kembali mangkrak hanya berjalan selama dua tahun sejak 2007 hingga 2009 sampai akhirnya bubar karena ego sektoral pada operator.

 

“Waktu memiliki jabatan di Telkomsel pada 1996, banyak yang ngga setuju saya ingin membangun jaringan karena kawasan timur dianggap ngga menguntungkan, tapi ternyata sekarang malah bagus pendapatannya,”ungkapnya kepada saya, teman sebaris di bangku kelas ekonomi.

 

Menurut dia, kehadiran Palapa Ring di kawasan Timur sangat mendesak untuk mendorong mengurangi kesenjangan, baik ekonomi maupun sosial. Kendati, dia menyadari pembangunan memiliki tantangan besar, terutama dari sisi infrastruktur dasar, transportasi, dan logistik.

 

Tol Informasi Layaknya Pisau Bermata Dua

Senada dengan Garuda, Rudiantara menilai Proyek Palapa Ring Paket Timur akan memberi manfaat sebagai tol informasi yang menghubungkan seluruh kawasan Timur yang dianggap tak menguntungkan secara komersial, sehingga akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

 

Proyek dengan skema pendanaan Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) itu diklaim akan mampu mengejar pengembangan infrastruktur telekomunikasi, menyediakan internet berkecepatan tinggi dan murah, serta memenuhi kebutuhan konektivitas data sebagai langkah mempercepat pemerataan ekonomi nasional.

 

Pendidikan juga diharapkan meningkat melalui faslitas internet, dan akhirnya membuka peluang bisnis baru bagi usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) di pelosok daerah dan meningkatkan taraf hidup melalui kegiatan ekonomi berbasis digital.

 

Proyek senilai Rp5 triliun yang menggunakan dana kewajiban pelayanan universal (USO) akan menjangkau 35 kabupaten/kota yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Papua Barat dengan total panjang kabel serat optik sekitar 8.454 km dan kapasitas bandwidth 80 Gbps.

 

Berdasarkan data Kemenkominfo, dari 514 kabupaten/kota, terdapat 57 daerah yang masih terisolir untuk mendapat akses internet cepat. Menurut hasil survei, wilayah barat, terutama Ibukota Jakarta bisa menikmati akses 4G dengan kecepatan akses internet mencapai 7 mbps, berbeda dibandingkan akses di daerah wilayah Timur yang diperkirakan hanya 300 kbps.

 

Tak hanya akses internet yang lebih lambat, tarif akses komunikasi di kawasan Indonesia Timurpun lebih mahal dibandingkan wilayah Barat karena persoalan perhitungan bisnis dan pengadaan yang lebih rumit.

 

Dengan adanya pembangunan proyek Palapa Ring Paket Timur, nantinya biaya komunikasi akan merata di seluruh wilayah, layaknya harga bahan bakar minyak (BBM).

 

“Kami meminta pemerintah daerah untuk memberi kemudahan perizinan dan dukungan lain dalam pelaksanaan Proyek Palapa Ring Paket Timur yang akan dimulai Juni 2017,”ujarnya dalam Sosialisasi Proyek Palapa Ring Paket Timur di hadapan Gubernur Papua dan para pejabat daerah lain, di Jayapura, Papua.

 

Gubernur Papua Lukas Enembe menjawab keinginan sang pembantu presiden dengan terbuka. Dia sepakat bahwa Papua membutuhkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah.

 

Kendati demikian, Lukas mengaku khawatir jika nantinya internet dapat diakses semua masyarakat Papua tanpa batas ruang dan waktu. Tanpa pengaturan konten yang ketat, sambungnya, keterbukaan akses informasi di wilayah Timur bisa menyebabkan tingkat kriminalistas meningkat.

 

Kekhawatiran itu wajar mengingat tingkat pendidikan penduduk di wilayah Timur cenderung lebih rendah dibandingkan wilayah barat dan tengah Indonesia. Hal itu terbukti dari data Badan pusat Statistik yang diperbarui Maret 2017.

 

“Kontennya harus diatur baik sehingga tidak semua orang Papua bisa mengakses semaunya. Kalau tidak diatur nanti bisa melihat apa saja tanpa batas, akan bisa bahaya,”ujarnya.

 

Pemerintah seharusnya menyadari, pembangunan infrastruktur bukan cuma persoalan mengangkat ekonomi, tak melulu karena urusan mengisi perut. Lebih dari itu, pembangunan seharusnya juga mampu memperkaya nurani masyarakat.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lavinda
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper